Jumat, 11 Desember 2009

Pelajaran hidup buat kita!

Pelajaran hidup buat kita!

Ketika kamu berusia 1 tahun, mama dengan kesabaran memandikan dan memberikamu makan, sabagai balasannya kamu menangis sepanjang hari.
Ketika kamu berusia 2 tahun, mama dengan penuh cinta membimbingmu berjalan, sebagai balasannya kamu berlari ketika ia memanggilmu.
Ketika kamu berusia 3 tahun, mama dengan penuh kasih membuatkan makanan paling enak untukmu, sebagai balasanya kamu hempaskan piring itu ke tanah.
Ketika kamu berusia 4 tahun, mama dengan sayang memeberimu crayon untuk menggambar, sebagai balasanya kamu mencoret-coret dinding diseluruh rumah.
Ketika kamu berusia 6 tahun, mama dengan rajin mengantarmu ke sekolah, sebagai balasannya kamu berteriak,”aku tidak mau sekolah!”.
Ketika kamu berusia 9 tahun, mama membayar uang les pianomu, sebagai balasannya kamu malas berlatih.
Ketika kamu berusia 11 tahun, mama mengajakmu dan teman-temanmu nonton di bioskop, sebagai balasannya kamu minta dia duduk di baris terpisah.
Ketika kamu berusia 12 tahun, mama melarangmu untuk menonton acara tertentu di TV, sebagai balasannya kamu mengharapkannya cepat-cepat pergi.
Ketika kamu berusia 13 tahun, mama menyarankan model rambut yang cocok untukmu, sebagai balasannya kamu mengatakan tidak tahu mode.
Ketika kamu berusia 15 tahun, mama mengharapkan mendapatkan pelukan sepulang kerja, sebagai balasannya kamu mengunci kamar tidurmu.
Ketika kamu berusia 18 tahun, mama menangis terharu pada wisuda SMA-mu, sebagai balasannya kamu berpesta dengan teman-temanmu sampai subuh.
Ketika kamu berusia 19 tahun, mama membayar uang kuliahmu dan mengantarmu ke universitasmu, sebagai balasannya kamu minta diturunkan jauh dari pintu gerbang agar tidak terlihat teman-temanmu.
Ketika kamu berusia 20 tahun, mama menanyakan apakah kamu sudah punya pacar, kamu menjawab dengan ketus bahwa itu bukan urusanmu.
Ketika kamu berusai 21 tahun, mama mengusulkan karir yang cocok untukmu, kamu mengatakan bahwa kamu tidak mau seperti dirinya.
Ketika kamu berusia 22 tahun, mama memelukmu dengan bangga pada hari wisudamu, kamu berterima kasih dengan meminta mama membiayai perjalananmu keliling eropa.
Ketika kamu berusia 23 tahun, dia memberikan furniture untuk apartemen pertamamu, kamu mengatakan bahwa pemberianya jelek.
Ketika kamu berusa 24 tahun, mama beertanya padamu dan tunanganmu apakah sudah punya rencana masa depan, kamu berterima kasih dengan menggerutu “aduh ma, tidak usah Tanya itu!!”.
Ketika kamu berusia 27 tahun, mama membantu membiayai pesta pernikahanmu, sebagai balasanya kamu memulai hidup baru ditempat yang jauhnya lebih dari 500 km.
Ketika kamu berusia 30 tahun, dia membagi pengalaman tentang mengurus bayi, kamu mengatakan bahwa cara itu sudah kuno.
Ketika kamu berusia 40 tahun, mama menelpon untuk mengingat ulang tahun seorang kerabat, kamu mengatakan bahwa kamu sibuk dan tidak punya waktu.
Ketika kamu berusia 50 tahun, mama mulai sakit-sakitan dan mengharapkan kamu dapat mengurusnya, kamu mengeluh panjang lebar bahwa kamu juga sibuk dengan istrimu, anak-anak dan pekerjaanmu.

Dan suatu hari, tanpa kamu sadari mama telah meninggal. Dan kamu menyesali untuk segala hal yang tidak pernah kamu lakukan untuknya.
jika ibu masih ada, jangan pernah lupa untuk mencintainya melebihi apapun…dan jika ia sudah meninggal, ingatlah akan kasih sayangnya yang tanpa syarat dan bagikanlah pada orang yang kau kasihi. Ingatlah selalu untuk mencintai ibumu, karena kamu hanya punya satu orang ibu seumur hidupmu

Lolos dari bencana api

Lolos dari bencana api

Pada masa dinasti ching (tahun 1900-an), di ibukota kerajaan, yaitu pei ping (beijing), sekali waktu terjadi kebakaran yang sangat dahsyat di jalan chu hsieh.
Saking besarnya api yang sangat berkobar sehingga menghanguskan ratusan rumah penduduk, demikian juga korban yang terluka dan meninggal dunia hampir mencapai ribuan orang
Di antara kobaran api yang membara, di mana-mana terdengar jerit tangis dan pemandangan yang memilukan, tapi di saat kejadian yang tragis ini terjadi satu peristiwa yang langka yaitu di tengah lautan api ganas yang membumi hanguskan itu, terdapat sebuah rumah sederhana yang tidak terbakar dan seolah-olah terlewatkan oleh si jago merah.
Orang-orang pun bertanya keheranan, siapa gerangan yang mendiami rumah tersebut ? mengapa bisa lolos sendirian dari bencana api yang hebat ini ?
Akhirnya diketahui bahwa di dalam rumah sederhana itu, tinggal seorang wanita tua yang berumur sekitar 60-an tahun dengan seorang wanita muda berusia sekitar 20-an tahun, yang ternyata adalah menantunya.
Beberapa tahun sebeumnya, anak lelaki si nenek yaitu suami dari si wanita muda itu, meninggal dunia.
Sesudah itu, banyak “mak comblang “ (orang yang menjadi perantara untuk menjodohkan laki dan perempuan ) yang membujuknya untuk menikah lagi.
Tapi wanta muda yang di tinggal suaminya itu, bertahan untuk tidak menikah lagi, karena merasa kasihan kepada mertuanya yang sakit-sakitan
Dia mengatakan mertuanya perlu perawatan dan perlu ada orang yang memasak obat untuknya, disamping perlu di jaga juga dan dia memutuskan untuk mengorbangkan masa mudanya untuk tidak menikah lagi, demi dapat merawat dan melayani mertuanya.
Tahun demi tahun, si wanita begitu berbakti melayani mertuanya tanpa keluh kesah, dan saatnya terjadi kebakaran dasyat itu.
Api yang berkobar sudah menjilat rumah tertangganya sebelahnya, tapi sungguh aneh!, saat itu mendadak tiupan angin yang kencang berubah arah, seolah olah angin menghalau lidah api dari rumahnya, maka selamatlah si wanita muda yang mulia dan mertuanya.
Orang-orang mengatakan bahwa karena sikap baktinya, yang mengguah para malaikat sehingga menyelamatkan mereka berdua, bukan saja rumah tapi jiwa raganya pun terselamatkan.

Jangan pernah putus asa

Jangan pernah putus asa

Beberapa tahun yang lalu di Kansas, dua orang lelaki bersaudara berkerja di sekolah. Pagi – pagi sekali tugas mereka adalah menyalakan api dalam perapian di ruang kelas.

Pada suatu pagi yang dingin, kakak beradik itu membersihakan perapian dan mengisinya sengan kayu baker. Mereka mengambil sekaleng kerosin, salah seorang menyiramkannya ke kayu dan menyalakan api. Ledakan langsung mengguncang gedung tua itu. Api menewaskan si kakak dan menbakar kaki si adik. Ternyata kaleng kerosin itu tak sengaja diisi bensin.

Dokter yang merawat si anak yang terluka menyarankan untuk mengamputasi kaki anak muda itu. Orang tua sedih, mereka sudah kehilangan satu anak dan sekarang yang satunya lagi akan kehilangan kakinya. Mereka memeinta dokter untuk menunda amputasi itu. Dokter pun menurut. Selama dua bulan, kedua orang tua itu dan dokter berdebat tentang amputas itu. Mereka menanamkan keyakinan pada anak itu bahwa suatu hari ia akan bisa berjalan lagi.

Merka tidak jadi mengamputasi kaki anak itu, tapi saat balutan akhirnya dibuka, terlihat bahawa kaki kanannya hampir 8 cm lebih pendek dari kaki kirinya.jari kaki kirinya hampir semuanya terbakar. Tapi, anak itu bertekad kuat. Meskipun sakit, ia memaksa dirinya berlatih setiap hari dan akhirnya berhasil melangkah beberapa langkah. Sambil terus pulih perlahan-lahan, pemuda ini akhirnya membuang kruknya dan mulai berjalan normal. Tak lama kemudian, ia dapat berlari.

“ pemuda it terus berlari, berlari dan berlari. Dan kaki yang tadinya hampir di amputasi itu membawanya memecahkan rekor dunia dalam lari satu mil. Namanya ?? Glen Cunningham, yang dikenal sebgai “manusia tercepat di dunia

Jembatan Bakti

Jembatan Bakti

Di daratan tiongkok, di provisi shan tung kabupaten kuan yao terdapat sebuah jembatan yang dinamakan oleh penduduk setempat sebagai Jembata Bakti “ adanya jembatan tersebut karena hati bakti seseorang yang bermarga chen namanya Ik In.
Chen Ik In hidup di masa dinasti ching, didekat tempat tinggalnya mengalir sebuah sungai, yang biasanya kedalaman air dangkal saja dan orang-orang disana biasa berlalu lalang melewati sungai dangkal itu.
Pada suatu tahun di saat musim rontok, waktu itu hujan mengguyur turun ke bumi sampai berturut turut beberapa hari lamanya…, akibatnya air sungai dekat rumah chen Ik In meninggi dan air mengalir dengan derasnya. Pada waktu bersamaan, kebetulan ayah chen Ik In mempunyai urusan penting yang harus dikerjakan dan mesti melalui sungai itu yang airnya sedang mengalir deras.
Karena tergesa-gesa ingin menyelesaikan urusannya maka sang ayah bergegas menyebrangi sungai yang biasanya tenang dan dangkal. Tetapi saat itu tak di sangka air meninggi dan arusnya mengalir dengan kengcangnya, meski demikian tetap saja langkah demi langkah di jalani dan dengan susah payah mencapai sampai di tengah tengah sungai, yang mana berada pada tempat yang paling dalam airnya dan terasa arusnya makin kuat menerjang.
Dan sang ayah karena sudah cukup letih melawan arus sungai untuk sampai di tengahnya maka sesaat pijakan kakinya goyah, lalu dalam waktu bersamaan mendadak gelombang arus sungai yang kuat datang menerpa dan mendorongnya sehingga sang ayah tanpa daya terseret arus sungai yang deras dan terbawa sampai lenyap….
Waktu chen Ik In tumbuh besar, sang ibu menceritakan kisah kematian yang tragis dari ayahnya itu, dan sehabis mendengar kisah sedih sang ayah, chen Ik In merasa sesak dada saking sedihnya, sambil berkata dan bersumpah ;
“saya bersumpah akan membangun sebuah jembatan di atas sungai itu untuk mengenang ayah saya dan biarlah orang-orang dapat melewati sungai dengan aman memakai jembatan itu “
Keluarga chen Ik In tidak kaya dan tergolong pas-pasan, tapi terdorong rasa bakti untuk mengenang jasa sang ayah maka sejak saat itu dia mulai bekerja keras untuk mewujudkan harapannya membangun jembatan menlintasi sungai itu.
Setiap hari chen Ik In berdiri di tepi sungai, dengan sigapnya dia membantu orang-orang yang mau menyebrangi sungai tersebut dengan cara mengendongnya di panggung belakang dan orang-orang pun memberinya uang imbalan atas jasanya.
Hari demi hari berlalu, bulan silih berganti, sampai tahun ke tahun chen Ik In dengan tekunnya bekerja keras dan uang imbalan yang dikumpulkan dengan susah payah tidak berani sembarang dipakai, di kumpulakn dengan sungguh-sungguhnya sampai 10 tahun lebih.
Saat menghitung uangnya sudah cukup maka dia menyuruh orang lain membangun jembatan itu dan chen Ik In sendiri pun ikut serta membantu dan mengawasinya dan akhirnya jembatan pun berhasil di bangun.
Penduduk setempat merasa sangat berterima kasih kepadanya dan demi mengenang hati bakti yang begitu tulsu dan pengorbanan yang demikian besar maka jembatan itu dinamakan “JEMBATAN BAKTI”

ibu rusa

Ibu rusa

Keadan hutan tenagn di pagi hari. Sinar matari terbit menerangi bumi, hutan, dan padang rumput. Gunung bercahaya indah dan riak air berkilauan di sungai kecil. Suasana damai.
Tiba-tiba muncul seorang pria. Dia menyebrangi sungai kecil dengan cepat menuju ke padang rumput. Dia berhenti dan melihat sekeliling, seperti mencari sesuatu. Pria ini menpunyai muka keras, telinga besar, alis seperti pedang dan matanya seperti harimau . dia memakai tutup kepala seperti yang dikenakan seorang pertualangan. Dia memegang busur ditangan kiri dan tempat panahnya tergantung dipinggul kanannya. Dia keliatan giat, kuat dan bersemangat. Pria ini bernama hsu chenchun. Dia menyukai alam dan sangat suka berburu.
Dia melihat seekor rusa keluar dari hutan. Hsu tersenyum dan menyiapkan sebatang anak panah, zip! Anak rusa itu terjatuh sesaat setelah terdengar suara tali busur. Hsu amat bangga pada bidikannya yang tepat. Ketika dia akan pergi untuk mengambil buruannya, dia melihat induk rusa berlari kearahnya. Keriak induk rusa melihat apa yang terjadi pada bayinya, dia menangis dan menjilat luka sang bayi dengan lidahnya.
Hsu tidak pernah mengharapkan kejadian ini. Dia mengamati sang ibu merawat bayinya, tapi sasaran hsu terlalu tepat. Lukanya terlalu dalam, sehingga tidak lama kemudian rusa kecil mati.
Ketiak rusa kecil itu mati, ibunya jatuh dan mati juga. Hsu merasa heran, dia tidak mengerti kenapa ibu rusa itu mati juga. Dia mengeluarkan pisau berburunya dan membuka mayat sang induk untuk mengetahui apa yang salah.
Dia melihat organ tubuh dan usus sang induk pecah menjaid potongan-potongan kecil sepanjang satu inci! Induk rusa itu amat sedih karena bayinnya telah dibunuh sehingga usunya pecah.
Hsu amat menyesali perbuatanya. Dia langsung mematahkan busurnya di atas lututnya dan melempar anak panahnya ke sungai. Dia meninggalkan rumahnya dan pergi jauh ke gunung-gunung untuk mencari seorang guru. Dia berjuang keras selama bertahun-tahun dan akhirnya menjadi seorang buddhis yang tern

Kisah anak beruang

Kisah anak beruang

Seekor anak beruang suka mencari-cari kesalahan. Dengan cekatan, ia akan mampu menunjukkan kesalahan teman-teman dan orang tuanya. Bahkan jika sesuatu terjadi pada dirinya, maka ia menyalahkan teman dan orang tuanya. “aku jatuh karena ayah meletakkan ember di sembarangan tempat”, kata beruang kepada ayahnya saat ia terjatuh di kamar mandi.
“kamu mengalami musibah ini karena kamu tidak hati-hati. Oleh karena itu, kalau berjalan kamu harus hati-hati,” kata ayah beruang kepada anaknya yang kakinya terkilir.
Pada suatu hari, anak beruang berjalan-jalan di pinggir hutan. Matanya tertuju pada sekelompok lebah yang mengerumuni sarangnya. “wah, madu lebah itu pasti sangat manis. Aku akan mengambilnya. Aku akan mengusir lebah-lebah itu” ia pun mengambil sebuah galah dan menyodok sarang lebah itu dengan keras. Ribuan lebah merasa terusik dan menyerang anak beruang.
Melihat binatang kecil yang begitu banyak, anak beruang lari terbirit-birit. Lebah-lebah itu tidak membiarkan musuhnya pergi begitu saja. Mereka menghajar dengan sengatan. “aduh, tolong!”
Karena tak tahan, anak beruang itu menceburkan dirinya ke sungai. Byur!!! Tak lama kemudian, lebah-lebah itu pergi meninggalkan anak beruang yang kesakitan.
“mengapa ayah tidak menolongku? Jika ayah sayang padaku, pasti sudah berusaha menyelamatkan ku. Semua ini salah ayah!” ayah beruang diam sejenak, lalu mengambil selembar kertas putih. “anakku, apa yang kamu lihat dari kertas ini?” “itu hanya kertas putih, tidak ada gambarnya?”jamwab anak beruang.
Kemudian, ayah beruang mencoret kertas putih dengan sebuah titik berwarna hitam. “ apa yang kamu lihat dari kertas puth ini?” “ada gambar titik hitam di kertas putih itu!”
“anakku, mengapa kamu hanya melihat satu titik hitam pada kertas putih ini? Padahal sebagian besar kertas ini berwarna putih. Betapa mudahnya kamu melihat kesalahan ayah! Padahal masih banyak hal baik yang telah ayah lakukan padamu”. Lalu ayah beruang berjalan pergi meninggalkan anaknya yang duduk termenung

“mari kita belajar mengoreksi diri sendiri sebelum kita menyalahkan orang lain. Jangan hanya melihat sisi buruk suatu masalah, tetapi kita perlu melihat sisi baiknya juga. Mengapa kita cenderung melihat semut di kejauhan, sedangkan gajah di pelupuk mata sendiri tak t

Kisah rumah seribu cermin

Kisah rumah seribu cermin

Dahulu, di sebuah desa kecil yang terpencil, ada sebuah rumah yang dikenal dengan nama “rumah seribu cermin”. Pada suatu hari seekor anjing kecil sedang berjalan-jalan di desa itu dan melintasi “rumah seribu cermin”. Ia tertarik pada rumah itu dan memutusan untuk melihat-lihat apa yang ada didalamnya. Sambil melompat-lompat ceria ia menaiki tangga rumah dan masuk melalui pintu depan. Telingan terangkat tinggi-tinggi, ekornya bergerak-gerak secepat mungkin. Bertapa terkejutnya ia ketika masuk ke dalam rumah, ia melihat ada seribu wajah ceria anjing-anjing kecil dengan ekor yang bergerak-gerak cepat. Ia tersenyum lebar, dan seribu wajah anjing kecil itu juga membalas dengan senyum lebar, hangat dan bersahabat.
Ketika ia meninggalkan rumah itu, ia berkata pada dirinya sendiri “tempat ini sangat menyenangkan, suatu saat aku akan kembali mengunjunginya sesering mungkin”.
Sesaat setelah anjing itu pergi, dating lah anjing kecil yang lain. Namun, anjing yang satu ini tidak seceria anjing yang sebelumnya. Ia juga memasuki rumah itu, dengan perlahan ia menaiki tangga rumah dan masuk melalui pintu. Ketika berada didalam, ia terkejut melihat ada seribu wajah anjing kecil yang muram dan tidak bersahabat. Segera saja ia menyalak keras-keras, dan dibalas juga dengan seribu gonggongan yang menyeramkan. Ia merasa ketakutan dan keluar dari rumah sambil berkata pada dirinya sendiri “tempat ini sungguh menakutkan, aku takkan mau lagi kembali ke sini”
semua wajah yang ada di dunia ini adalah cermin wajah kita sendiri. Wajah bagaimanakah yang tampak pada orang yang anda hadapi? Cemberut? Melotot? Itulah wajah anda!

Dokter kura-kura

Dokter kura-kura

Ada keributan di dapur. “tangkap dia! Masukan ke panci”
Ketika huang tehuan mendengar suara tersebut, dia berpikir pasti ada yanga salah, sehingga dia berlari untuk melihat. Dia melihat seekor kura-kura merangkak di lantai. Dia kelihatan menyedihkan. Huang bertanya pada para koki mengapa mereka mempersoalkan satu kura-kura kecil.

“kami sedang memasak kura-kura ini untuk anda, tuan. Kami mengankat tutup panic untuk meilhat apakah dia sudah matang, tetapi dia dengan berpegangan pada tutup itu memanjat keluar. Punggungnya terkena air mendidih sehingga ia hanya dapat menggerakan kepala dan kakinya. Dia menakutkan kami.

Huang tehuan menyuruh koki-koki itu untuk menbawa kura-kura tersebut ke sungai dan membiarkannya pergi. Dia bertekad tidak akan menyiksa hewan lagi untuk makanan. Dia langsung menjadi seorang vegentarian.

Bertahun-tahun kemudian, huang sakit deman parah. Keluarganya membawanya ke tepi sungai di mana angina semilir yang sejuk mungkin membuatnya lebih aman.

Suatu malam dia merasa sesuatu memanjat naik ke atas tubuhnya. Dia langsung merasa sejuk dan amat senang.

Ketika matahari terbit, dia merasa sedikit kedinginan. Dadanya tersa jauh lebih enak. Dia menunduk dan melihat dadanya di tutupi Lumpur. Ada seekor kura-kura duduk di dekat ranjangnya. Ketika kura-kura melihatnya terbangun, kura-kura itu mengangguk tiga kali dan merangkak keluar dari kamarnya.

Hari itu, huang bangkit dari ranjang, demannya hilang. Kemudian keluarganya memberitahunya betapa dekat dia dengan kematian. Dokter berkata jika kura-kura tidak datang untuk membuatnya dingin, dia pasti meninggal.
Huang memberitahukan keluarganya betapa pentingnya untuk tidak membunuh hewan-hewan. Dia akhirnya meninggal dengan tenang tanpa penyakit.