Jumat, 23 Agustus 2013

MENGENAL HANTU DARI RRC (Chinese)

1. 牛头马面Niú Tóu Mǎ Miàn/Kepala lembu-wajah kuda/Ox-Head Horse-Face
Niu tou ma mian adalah hantu penjaga akhirat. Mereka memiliki kepala lembu dan wajah kuda, tetapi bertubuh pria. Seperti Heibai Wuchang, mereka bertugas mengawal roh-roh orang mati ke akhirat. Niutou mamian biasanya digambarkan sebagai roh yang dipersenjatai dengan garpu rumput dan membawa rantai logam untuk mengikat para roh.

2. 女鬼Nǚ Guǐ/ Hantu wanita/ Female ghosts
Nu gui adalah hantu wanita pendendam dengan rambut panjang di balut gaun putih. Dalam cerita rakyat Tiongkok, hantu ini digambarkan sebagai roh seorang wanita yang bunuh diri sambil mengenakan gaun merah. Biasanya, ia mengalami kasus ketidakadilan ketika masih hidup, seperti dilecehkan secara seksual atau dirampok. Nu gui pun kembali untuk membalaskan dendamnya pada orang-orang yang menyakitinya semasa hidup.
3. 恶鬼 É guǐ /Hantu Kelaparan/Hungry Ghosts
E gui mengacu pada hantu yang muncul selama Festival Hantu (Zhongyuanjie) berlangsung di Tiongkok. E gui diyakini sebagai roh dari orang-orang yang melakukan dosa karena keserakahan mereka ketika masih hidup, dan telah dikutuk untuk menderita kelaparan setelah kematian.
E gui memiliki mulut yang terlalu kecil untuk menelan makanan dan seluruh tubuhnya ditutupi dengan kulit berwarna hijau atau abu-abu, kadang-kadang dengan perut gendut. Hantu ini menderita rasa lapar yang tak akan pernah bisa terpuaskan. Dia menghantui jalanan dan dapur, mencari korban dan makanan yang telah membusuk. E gui yang lapar juga melahap segalanya, termasuk kotoran dan daging busuk. makanya kita juga sering dengar seseorang yang rakus makannya ia disebut “Hantu kelaparan”..


4. 僵尸 jiāngshī /Drakula China/Chinese Zombie
Pernah nonton Vampir China? Hantu ini biasanya digambarkan sebagai mayat hidup yang dapat bergerak dan menghisap darah manusia. Siapapun yang dihisap darahnya juga akan berubah menjadi vampir.

Dalam cerita atau legenda rakyat Tiongkok, vampir dikenal dengan sebutan jiangshi atau juga dieja chiang-shih. Jiangshi biasanya digambarkan sebagai mayat kaku yang mengenakan pakaian resmi dari Dinasti Qing dan bergerak dengan cara melompat dan merentangkan kedua tangan ke depan.

Jiangshi akan membunuh makhluk hidup untuk menyerap qi atau "energi kehidupan" yang dalam hal ini berupa darah. Hantu ini biasanya keluar pada malam hari, sedangkan pada siang hari dia akan berbaring di dalam peti mati atau bersembunyi di tempat gelap seperti gua.

Ji Xiaolan, seorang sarjana dari Dinasti Qing, pernah menyebutkan dalam bukunya yang berjudul Yuewei Caotang Biji bahwa penyebab dari mayat hidup dapat diklasifikasikan dalam dua kategori, yakni orang yang baru saja meninggal lalu kembali hidup, atau mayat yang telah terkubur untuk waktu yang lama tetapi tidak membusuk.

5. 芭蕉鬼bā jiāo guǐ /Hantu Pisang/ Banana ghosts
Ba jiao gui secara harfiah diartikan sebagai hantu pisang. Hantu wanita yang tinggal di pohon pisang ini akan muncul sembari meratap pada malam hari, kadang-kadang sambil membawa bayi. Dalam beberapa cerita rakyat negara lain seperti dari Thailand, Malaysia dan Singapura, orang-orang senang meminta nomor undian dari hantu itu dengan harapan memenangkan undian.

Mereka akan mengikat benang merah mengelilingi batang pohon dan menempelkan jarum di dalamnya dan kemudian mengikat ujung tali ke tempat tidur mereka. Saat malam hari, Ba jiao gui akan muncul dan memohon kepada orang-orang itu untuk membebaskannya, dan sebagai imbalannya, ia akan memberikan nomor undian. Jika orang tersebut tidak memenuhi janjinya untuk membebaskan hantu tersebut setelah menang, dia akan bertemu dengan kematian yang mengerikan. Hantu ini sering disamakan dengan Kuntilanak, hantu dalam cerita rakyat Melayu.

6. 黑白无常 Hēi Bái Wúcháng/Membasmi yang jahat,menolong yang baik/Rewarding the good and punishing the bad
Dalam beberapa cerita, Heibai Wuchang konon sering muncul selama Festival Hantu berlangsung dan siapapun yang membuat pahala yang baik akan diberikan keping emas oleh mereka. Ada beberapa patung Heibai Wuchang yang ditaruh di beberapa kuil di Tiongkok, di mana mereka disembah, dan biasanya digambarkan dengan seringaian ganas di wajah mereka dan lidah merah yang panjang mencuat keluar dari mulut untuk menakut-nakuti roh-roh jahat.

7. 无头鬼wú tóu guǐ/ Hantu tanpa kepala/ Headless ghosts
Wutou gui adalah hantu tanpa kepala yang berkeliaran tanpa tujuan jelas. Mereka adalah roh-roh orang yang dibunuh dengan cara dipenggal. Itu bisa dikarenakan berbagai sebab, misalnya eksekusi, kecelakaan dan lain-lain. Dalam beberapa cerita rakyat Tiongkok, wutou gui konon akan mendekati seseorang di malam hari dan meminta kepala orang tersebut. Wutou gui juga kadang-kadang digambarkan sebagai roh pembawa kepala.

8. 冤鬼yuān guǐ (枉死wǎngsǐ)/Hantu yang mencari keadilan/ghost with grievance
Yuan gui berkeliaran di dunia orang hidup sebagai roh tertekan dan gelisah yang terus-menerus berusaha agar keluhan mereka ditebus. Dalam beberapa cerita, hantu ini akan mendekati seseorang yang hidup dan berusaha untuk berkomunikasi dengan orang tersebut dalam rangka untuk memberi petunjuk atau bukti yang bisa mengungkapkan kebenaran tentang kematian mereka. Orang hidup tersebut akan membantu yuan gui membersihkan nama mereka atau memastikan bahwa keadilan ditegakkan.

9. 游魂野鬼yóu hún yě guǐ/Hantu gentayangan/ Wandering souls and wild ghosts
You hun ye gui mengacu pada roh orang mati yang terus berkeliaran. Mereka berkeliaran di dunia orang hidup dalam Bulan Lunar Ketujuh (biasanya sekitar bulan Agustus dalam kalender Gregorian) selama Festival Hantu berlangsung. Roh-roh you hun ye gui meliputi: hantu pendendam yang ingin membalas dendam pada orang-orang yang telah menyinggung mereka semasa hidup.
Beberapa roh ini tidak memiliki kerabat yang tinggal atau tidak memiliki tempat peristirahatan yang jelas, sementara yang lain mungkin kehilangan arah dan tidak dapat kembali ke akhirat sehingga mereka terus menjelajah dunia orang hidup setelah Bulan Lunar Ketujuh.

Kamis, 25 April 2013

Cai Sin Ya – Dewa Harta

Di antara sekian banyak dewa-dewa, seandainya diadakan pemungutan suara: “Dewa apakah yang paling disukai?” Barangkali 財神爺 Cai Shen Ye {Hok Kian = Cai Sin Ya} akan terpilih dengan mendapatkan suara terbanyak. Walau bagaimanapun, realitas hidup di dunia ini, kebutuhan/tuntutan manusia akan uang/harta, selamanya tidak akan ada habis-habisnya. Sementara baik apakah Cai Shen bisa sungguh-sungguh memberikan kekayaan atau tidak, maupun keberadaan Dewa Harta (Dewa Kekayaan) itu sendiri, sedikit banyak dapat memuaskan fantasi orang banyak terhadap kekayaan.
Dewa Harta yang dipercaya di kalangan rakyat jelata sangat banyak macamnya, ada 文武財神 Wen Wu Cai Shen {Bun Bu Cai Sin} – Dewa Harta Sipil & Militer, 五路財神 Wu Lu Cai Shen {Ngo Lo Cai Sin} – Dewa Harta dari Lima Jalan, 增福財神 Zheng Fu Cai Shen {Tiam Hok Cai Sin} – Dewa Kekayaan Penambah Rezeki, dan lain-lain. 土地公 Tu Di Gong {Tho Tek Kong} – Dewa Bumi adalah Cai Shen yang paling dikenal oleh semua orang.
Cai Sin Ya memiliki wilayah penghormatan yang luas. Sembahyang kepada Cai Shen, selain terdapat di kelenteng-kelenteng, juga terdapat di rumah-rumah penduduk.
Wu Cai Shen (Dewa Kekayaan Militer) adalah 玄壇元帥趙公明 Xuan Tan Yuan Shuai Zhao Gong Ming {Hian Tan Gwan Swe Tio Kong Beng} dan 關公 Guan Gong {Kwan Kong}.
Latar belakang kisah Cai Shen Ye ada beberapa macam versi. Yang paling terkenal adalah Riwayat 趙公明 Zhao Gong Ming {Tio Kong Beng} yang tertulis dalam 封神榜 Feng Shen Bang (Daftar Penganugerahan Dewa-Dewa). Dalam Feng Shen Bang ini diceritakan sebagai berikut:
Kaisar Zhou Wang {Tiu Ong} dari Kerajaan Shang memerintahkan Wen Zhong {Bun Tiong} jendralnya yang terkenal, untuk menyerbu Xi Chi, basis pertahanan pasukan Wen Wang {Bun Ong}. Untuk mencapai tujuannya tersebut, Wen Zhong minta bantuan 6 orang sakti untuk membentuk formasi barisan yang disebut Shi Jue Zhen {Si Ciap Tin} – Sepuluh Barisan Pemusnah. Tapi 姜子牙 Jiang Zi Ya berhasil menghancurkan 6 di antaranya. Melihat kekalahan di pihaknya, Wen Zhong meminta bantuan Zhao Gong Ming yang pada waktu itu sedang bertapa di gua Lou Fu Dong, pegunungan E Mei Shan {Go Bi San}.
Zhao Gong Ming menyatakan kesanggupannya untuk membantu. Pada waktu ia turun gunung, seekor harimau besar menerkam. Harimau itu tak berkutik di bawah tudingan 2 jari tangannya. Kemudian ia mengendarai harimau yang telah diikat lehernya dengan angkin (sejenis kain). Pada dahi si raja hutan tersebut ditempelkan selembar Hu (Surat Jimat). Selanjutnya harimau itu menjadi tunggangannya & tunduk pada perintahnya.
Dengan mengendarai harimau, Zhao Gong Ming bertempur dengan Jiang Zi Ya. Setelah beberapa jurus, Zhao Gong Ming mengeluarkan ruyung saktinya & menghajar Jiang Zi Ya hingga roboh & tewas. Tapi, datanglah Guang Cheng Zi {Kong Sheng Cu} yang lalu menolong Zi Ya sehingga ia hidup kembali. Huang Long Zhen Ren {Wi Liong Cin Jin} keluar untuk bertempur dengan Zhao Gong Ming, tapi ia tertawan oleh tali wasiat Zhao Gong Ming. Chi Jing Zi & Guang Cheng Zi juga terpukul jatuh oleh pertapa dengan banyak kesaktian tersebut.
Kemudian Jiang Zi Ya mendapat bantuan dari Xiao Sheng, seorang sakti dari pegunungan Wu Yi Shan. Semua wasiat dari Zhao Gong Ming berhasil dirampas. Karena merasa malu Zhao Gong Ming kabur ke pulau San Xian Dao (Pulau 3 Dewa) untuk menemui Yun Xiao Niang Niang, seorang petapa wanita yang sakti. Zhao Gong Ming meminjam sebuah gunting wasiat kepada Yun Xiao Niang Niang untuk merebut kembali wasiat-wasiatnya yang dirampas musuh.
Ternyata gunting wasiat itu adalah 2 ekor naga yang berubah wujud, dengan kemampuan yang luar biasa. Banyak dewa-dewa sakti dari pihak Jiang Zi Ya terpotong menjadi 2 bagian & tewas karena pusaka ini. Jiang Zi Ya menjadi gelisah, para prajuritnya juga menjadi gentar. Pada saat yang kritis ini datanglah seorang Taoist dari pegunungan Gun Lun Shan {Kun Lun San} yang bernama Lu Ya. Lu Ya menyuruh Jiang Zi Ya membuat boneka dari rumput. Pada tubuh boneka rumput tersebut diletakkan selembar kertas yang dituliskan nama Zhao Gong Ming. Pada bagian kepala & kaki dipasang masing-masing sebuah pelita kecil. Di depan boneka Zhao Gong Ming tersebut diadakan sembahyangan selama 21 hari berturut-turut. Jiang Zi Ya atas nasehat Lu Ya bersembahyang di situ beberapa hari. Ia terus bersembahyang sampai suatu hari Zhao Gong Ming merasakan jantungnya berdebar-debar, badannya terasa panas dingin tak menentu. Semangat & tenaganya lenyap. Pada hari ke-21, setelah mencuci rambutnya, Jiang Zi Ya mementang busur & mengarahkan anak panah ke mata kiri boneka rumput tersebut. Zhao Gong Ming yang berada di kubu pasukan Shang, mendadak merasa mata kirinya sakit sekali & kemudian menjadi buta. Panah Jiang Zi Ya berikutnya diarahkan ke mata kanan boneka Zhao Gong Ming & panah ketiga diarahkan ke jantungnya. Akhirnya Zhao Gong Ming yang sakti ini tewas terpanah oleh Jiang Zi Ya.
Setelah Wen Wang berhasil menghancurkan pasukan Shang & mendirikan dinasti Zhou, Jiang Zi Ya melaksanakan perintah gurunya untuk mengadakan pelantikan para malaikat. Zhao Gong Ming dianugerahi gelar Jin Long Ru Yi Zheng Yi Long Hu Xuan Tan Zhen Jun yang secara singkat disebut 正一玄壇真君 Zheng Yi Xuan Tan Zhen Jun {Ceng It Hian Than Cin Kun}.  Xuan Tan Zhen Jun mempunyai 4 pengiring yang disebut 財神使者 Cai Shen Shi Zi, Duta Dewa Kekayaan, yaitu :
  1. 招寳天尊蕭升Zhao Bao Tian Zun Xiao Sheng (Malaikat Pemanggil Mestika)
  2. 納珍天尊震寳Na Zhen Tian Zun Zen Bao (Malaikat Pemungut Benda Berharga)
  3. 招財使者陳九公Zhao Chai Shi Zhe Chen Jiu Gong (Duta Pemanggil Kekayaan)
  4. 利市仙官姚少司Li Shi Xian Guan Yao Shao Si (Pejabat Dewa Keuntungan)
Xuan Tan Zhen Jun bersama 4 pengiringnya ini sering ditampilkan secara bersama-sama dalam bentuk gambar & disebut Wu Lu Cai Shen {Ngo Lo Cai Sin} – Dewa Kekayaan dari Lima Jalan.
Dewa Kekayaan ini sering ditampilkan sebagai seorang panglima perang berwajah bengis dengan pakaian perang lengkap, 1 tangan menggenggam ruyung & tangan yang lain membawa sebongkah emas, mengendarai seekor harimau hitam. Ini merupakan gambaran berdasarkan buku Feng Shen Bang tersebut.

Kwan Im Pho Sat – Pria Atau Wanita

Ada umat yang bertanya: “Kwan Im Pho Sat sebetulnya pria atau wanita ???” Ada yang menjawab Kwan Im Pho Sat sebenarnya pria. Namun banyak juga yang menjawab Kwan Im Pho Sat adalah wanita.
Sebenarnya tingkat kesucian Bodhisatva telah berada di atas perbedaan bentuk : pria – wanita, tua – muda, cantik – jelek, kaya – miskin, mulia – hina, dan sebagainya. Dengan kata lain tingkat kesucian Bodhisatva telah menghilangkan perbedaan wujud pria atau wanita. Bodhisatva bisa menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi / keadaan. Seorang Bodhisatva bisa berubah wujud menjadi sesuatu yang sesuai dengan sebab jodoh orang yang memohon pertolongan kepadanya.
Maka Kwan Im Pho Sat bisa berwujud pria, bisa juga berwujud wanita. Semua ini berdasarkan kebutuhan umat manusia yang membutuhkan pertolongannya.
Jauh sebelum agama Buddha disebarkan dari India ke Tiongkok, di Tiongkok Kuno sudah ada kepercayaan kepada seorang Dewi yang welas asih dengan penampilan memakai jubah putih. Pada waktu memasuki Tiongkok pada masa Dinasti Han [ 206 SM – 220 M ), agama Buddha memperkenalkan Bodhisatva Avalokitesvara – 觀自在菩薩 Guan Zi Zai Pu Sa (kemudian dikenal sebagai Kwan Im Pho Sat) sebagai pria.
Mulai zaman Dinasti Tang [ 618 – 907 M ], Kwan Im ditampilkan sebagai wanita. Mungkin ini terpengaruh ajaran Konfusianisme yang telah berurat akar dalam sistem sosial masyarakat pada saat itu. Mereka menganggap tidak layak kalau wanita memohon anak dari seorang Dewata pria. Bagi para umatnya, hal itu dianggap sebagai kehendak dari Kwan Im sendiri untuk mewujudkan dirinya sebagai wanita, agar beliau dapat leluasa dengan kaum wanita yang banyak memohon bantuannya.
Nampaknya perubahan ini terjadi secara perlahan-lahan. Mula-mula Kwan Im ditampilkan sebagai pasangan Avalokitesvara (seperti halnya Dewa-dewa dari India yang selalu berpasangan). Lambat laun oleh para penganutnya di Tiongkok, Dewata pria Avalokitesvara mulai dilupakan. Pada abad ke-12 Masehi, Kwan Im telah dipuja tersendiri sebagai Dewata yang khas Tiongkok, begitu pula Dewata-dewata Buddhis lainnya.
Sebelum masuknya Buddhis ke Tiongkok, kaum wanita di sana telah banyak menghormati para Dewi dari Taoisme yang mereka panggil dengan sebutan 娘娘 Niang Niang {Hok Kian = Nio Nio }, sebagai tempat mereka memohon perlindungan, keselamatan & keturunan. Oleh karena itu ketika muncul Guan Yin, mereka menyebutnya dengan panggilan Niang Niang pula. Sebutan 觀音菩薩 Guan Yin Pu Sa {Hok Kian = Kwan Im Pho Sat} yang sepenuhnya bersifat Buddhisme, di kalangan rakyat Tiongkok akhirnya terkenal dengan sebutan 觀音娘娘 Guan Yin Niang Niang {Kwan Im Nio Nio}.
Tidak hanya sampai di situ, kaum Taois-pun akhirnya ikut pula menghormati, bahkan menempatkannya sejajar dengan Dewi mereka, yaitu 天后聖母 Tian Hou Sheng Mu (Tian Shang Sheng Mu). Nama Taois untuk Guan Yin adalah 慈航道人 Ci Hang Dao Ren {Cu Hang To Jin} yang berarti Dewa Penyelamat Pelayaran.
Demikianlah Guan Yin memperoleh kepopuleran yang jauh melebihi Dewata Buddhisme yang tertinggi – Sakyamuni Buddha, walaupun dalam banyak kelenteng & wihara, Buddha Sakyamuni duduk di altar yang paling terhormat.
E.T.C. Werner dalam bukunya Myths and Legends of China menyebut Dewi Kwan Im sebagai Buddhist Saviour atau Dewi Penyelamat dari Buddhis. Kutipan dari buku tersebut tentang kepercayaan rakyat kepada Dewi Kwan Im adalah sebagai berikut:
Ia disebut Guan Yin karena ia mau mendengarkan ratapan dari dunia & turun memberikan pertolongan. Ia memperoleh sebutan Buddha yang mengusir rasa takut. Jika nama Guan Yin disebut di tengah kobaran api, maka api tak akan dapat membakar. Jika namanya disebut di tengah hempasan ombak yang setinggi gunung, maka air tersebut akan menjadi dangkal. Apabila seorang awak perahu yang tengah dihantam gelombang besar menyebut nama Guan Yin yang Maha Penyayang, maka ia akan selamat sampai tujuan. Di tengah-tengah gemerincingan pedang & tombak di medan perang, apabila menyebut nama Guan Yin akan luputlah ia dari maut. Jika ada iblis yang merasuki ke dalam dirimu, sebutlah nama Guan Yin, maka anda akan memperoleh kedamaian & ketenangan bathin.
Napsu amarah & kebencian akan sirna kalau nama beliau diucapkan. Seorang yang menderita penyakit ingatan akan pulih kembali kalau berdoa dengan penuh ketulusan kepada Guan Yin. Guan Yin yang Maha Pengasih & Penyayang akan memberikan anak bagi para ibu yang mendambakannya, seorang putra yang tampan & seorang putri yang cantik. Seorang yang menyebutkan nama-nama dari 6.200.000 Buddha atau jumlah yang banyak laksana pasir Sungai Gangga, sama nilainya dengan orang lain yang hanya mengucapkan nama Guan Yin sekali saja. Guan Yin dapat muncul dalam wujud Buddha, Pangeran, Bikkhu, Pelajar, Nenek tua, dan lain-lain. Beliau dapat pergi ke negara mana saja, membabarkan ajaran suci ke berbagai penjuru dunia.
Demikianlah seorang Dewi Welas Asih yang Asli Tiongkok menyatu dengan Avalokitesvara, jadilah Dewata Buddhis khas Tiongkok, bahkan ciri-ciri ke-India-annya hilang sama sekali. Kisah Putri Miao Shan (Biao Sian) dalam kisah Lam Hai Kwan Im Cwan Thwan amat dikenal dalam Buddhisme Tiongkok, dan telah menyatu dalam sanubari orang-orang Tionghoa. Kisah Putri Miao Shan yang amat berbakti kepada orangtua ini merupakan cerminan dari kisah Sang Buddha Gautama, di mana beliau meninggalkan keduniawian menjadi pertapa dan sempurna di Gunung Pu To Shan.
Figure Kwan Im yang dekat dengan segala lapisan masyarakat membuatnya amat termashur bahkan melebihi Sang Buddha Gautama sendiri. Dalam perujudannya sebagai Chien Chiu Kwan Im (Kwan Im Tangan Seribu) beliau secara Esotoris seolah-olah adalah Tuhan Yang Maha Kuasa, karena sanggup mengabulkan semua permohonan umatnya.
Kwan Im Hut Co dikenal luas sebagai Dewi Welas Asih, yang dipuja tidak hanya di kalangan Buddhis saja, tapi juga di kalangan umat Taoisme dan semua lapisan masyarakat awam di pelbagai negara terutama di benua Asia.
Coba kita perhatikan, di setiap kelenteng atau wihara, siapapun yang menjadi Tuan Rumah–nya, misalnya玄壇公 Xian Tan Gong {Hian Than Kong}; 地藏王 Di Zang Wang {Te Cong Ong}; 媽祖 / 天后聖母 Ma Zhu / Tian Hou Sheng Mu {Ma Co / Thien Hou Sing Bo}; 關聖帝君 / 關公 Guan Sheng Di Jun / Guan Gong {Kwan Seng Te Kun / Kwan Kong}; 清元真君 Qing Yuan Zhen Jun {Ceng Guan Ceng Kun}; dan lain-lain, pasti di dalam kelenteng tersebut ada sebuah altar khusus untuk menghormati Kwan Im Hut Co ! Mengapa bisa demikian ? Ini karena Maha Cinta Kasih & Maha Karuna (大慈大悲) beliau. Maka beliau disebut Guan Shi Yin. Bahkan Dunia Barat pun mengenal Dewi Kwan Im sebagai Goddess of Mercy !!!

Kamis, 21 Maret 2013

Muka Si Tukang Daging


Ch’ien Meihsi mencatat cerita tentang Hsueh Ch’ingkuan, seorang tukang jagal kambing. Dia menjalankan toko kecilnya sendiri yang menjual kambing dan sup kambing. Kelezatan sup kambingnya yang terkenal menyebar luas membawa banyak pelanggan. Beberapa orang bahkan melakukan perjalanan berhari-hari untuk memakan supnya, dan mereka semua pulang dengan puas.
Dengan usaha seperti itu, Hsueh menjadi kaya dalam waktu singkat.
Beberapa temannya yang beragama Buddha memberitahu kepadanya untuk tidak membunuh lebih banyak kambing. “Kau telah menghasilkan cukup uang. Jangan serakah. Kita bukan binatang buas di hutan. Membunuh hewan adalah kejahatan serius terhadap alam. Kau tidak dapat lolos darinya. Cepat atau lambat perbuatan burukmu akan dibalas, dan saat itu tidak peduli berapa banyak pun uang yang kau miliki, tidak akan berguna.”
“Hsueh, mengapa kau tidak menggunakan uangmu untuk diinvestasikan ke jenis usaha yang lain? Kau tetap dapat menghasilkan banyak uang, dan pada saat yang sama kau dapat bertobat dan melakukan perbuatan-perbuatan baik untuk memperbaiki segala kejahatanmu. Kalau tidak, kau akan berada dalam kesulitan, bahkan anak cucumu akan terkena akibatnya.”
Tidak ada orang yang suka mendengar nasihat baik. Hsueh hanya mendengus dan bersikap meremehkan, “Saya terlalu pintar untuk percaya pada dongeng nenek-nenek. Jangan berpikir kau bisa menakut-nakutiku dengan dongeng-dongeng ini! Kejahatan terhadap alam! Tidak masuk diakal!”
Ketika Hsueh berumur empat puluh tahunan, dia terkena penyakit aneh. Mulutnya mulai menggelayut ke depan, dan dagunya memanjang. Pandangan matanya bodoh. Sungguh, dia kelihatan seperti seekor kambing!
Tidak lama kemudian semua orang di sekitar rumahnya mengetahui kalau Hsueh Ch’ingkuan kelihatan seperti seekor kambing. Mereka semua datang untuk melihatnya sendiri. Mereka tidak mengatakan apa-apa kepadanya, tapi setiap hari, orang-orang datang untuk melihat Hsueh. Kemudian mereka akan berpaling pada teman-teman mereka dan saling berbisik-bisik dan menganggukkna kepala. Hsueh sebentar saja sudah capek diperlakukan demikian! Tidak ada dokter yang bisa menolongnya, tetapi mereka semua setuju, dia kelihatan seperti kambing!
Hsueh amat frustasi sampai-sampai dia berpikir dia akan menjadi gila, tapi dia terlalu angkuh untuk mengakui kalau dia mungkin telah bersalah. Dia menolak untuk mengakui bahwa mungkin dia seharusnya tidak membunuh begitu banyak kambing.
Akhirnya, dalam sebuah perjalanan bisnis ke Anhui, dia jatuh ke sungai dan tenggelam. Tidak ada yang menemukan mayatnya.
Hal yang menyedihkan adalah mestinya Hsueh tidak usah menderita malu dan mati mendadak. Jika dia tidak sedemikian serakahnya dan lebih bersedia untuk mempertimbangkan kata hatinya, dia dapat hidup lama dan bahagia.
Tetapi uang, kebodohan, dan kekeraskepalaan lebih berharga untuknya daripada kebahagiaan, kesehatan, dan kebijaksanaan.

Cerita Angsa dan Kura-Kura

Ada sepasang Kura-Kura dan Angsa yang hidup di sebuah telaga yang bernama telaga Kumudawati. Telaga itu sangat indah serta banyak bunga-bunga berwarna-warni yang tumbuh di sana. Kura-kura yang jantan bernama Durbhuddhi dan yang betina bernama Katcapa. Angsa yang jantan bernama Cakrengga dan yang betina bernama Cakrenggi. Kedua pasang binatang itu sudah lama bersahabat. 
Musim kemarau telah tiba, di telaga telah mulai mengering. Kedua angsa akan berpamitan dengan sahabatnya karena angsa tidak bisa hidup tanpa air, maka kami akan meninggalkan telaga Kumdawati ini menuju telaga Manasasaro di pegnungan Himalaya. Kura-kura tidak bisa melepaskan kepergian kedua sahabatnya itu.
Akhirnya kura-kura memutuskan untuk ikut bersama dengan angsa. Angsa kemudian mau mengajak kura-kura pergi bersama dengan dirinya yaitu dengan cara kura-kura menggigit tengah-tengah kayu dan angsa yang akan memegang ujung-jungnya. Tetapi dengan persyaratan jangan lengah, janganlah sekali-kali berbicara dan jangan melihat di bawah atau jika ada orang yang bertanya jangan sekali menjawab. Kura-kura lalu berpegangan di tengah-tengah kayu dengan mulutnya, sedangkan kedua ujung-ujungnya dipegang oleh angsa.
Setelah tepat berada di tanah lapang Wila Jenggala ada sepasang anjing srigala yang berlindung di bawah pohon mangga yang jantan bernama Si Nohan dan yang betina Si Bayan. Srigala betina melihat ke atas dilihatnya angsa terbang membawa sepasang kura-kura lalu Srigala berkata pada suaminya, ayah cobalah lihat ke atas betapa aneh angsa terbang membawa sepasang kura-kura. Srigala jantan menjawab itu bukan kura-kura namun itu adalah kotoran sapi. Demikian omongan tersebut didengar oleh kura-kura, mendengar kura-kura dibilang kotoran sapi oleh Srigala, kura-kura lalu marah dan melepaskan gigitannya pada kayu dan akhirnya kura-kura itu jatuh dan dimakan oleh srigala. Angsa tinggal dengan perasaan kecewa dan menyayangkan kenapa kura-kura tidak mau mendengarkan nasehatnya.

Senin, 28 Januari 2013

Kisah Seekor Kelinci Yang Suka Beramal

Cerita ini menggambarkan sampai dimana keikhlasan seekor binatang dengan amalnya.

Dahulu kala Sang Bodhisattva dilahirkan kembali sebagai seekor kelinci. Tempat tinggalnya di dalam rimba raya yang penuh dengan pohon-pohon yang rindang dan daun-daunnya yang berwarna hijau sepanjang masa. Rumahnya di dalam lubang kecil di tepi sungai. Karena tabiatnya yang halus dan peramah, maka semua penghuni hutan itu menjadi sahabatnya. Oleh karenanya ia merasa sangat bahagia. Tambahan lagi ia mempunyai tiga sahabat yang sangat akrab, yaitu seekor anjing air, seekor serigala dan seekor kera. Mereka merupakan empat serangkai yang tidak terpisahkan dan selalu bersama-sama. Seperti kata pepatah “ringan sama dijinjing berat sama dipikul”.
 
Tidak ada satupun di antara kawan-kawannya yang mengira, bahwa kelinci itu bukanlah kelinci yang biasa. Mengapa demikian? Ya, karena kelinci itu demikian sederhananya, dan tingkah lakunya pun tidak berbeda dengan binatang-binatang lain.

Tetapi kita tahu, bahwa kelinci itu adalah penjelmaan dari Buddha yang akan datang. Sebab itu ia memiliki sifat-sifat yang luhur. Dan keluhuran budinya itu ditunjukkannya dengan sederhana sekali. Tetapi yang terpenting baginya ialah menjalankan kebajikan beramal. Pada tiap-tiap kesempatan ia selalu menganjurkan supaya kawan-kawannya berbuat amal.
 
Karena sangat rajin selalu menganjurkan berbuat amal, maka kelinci itu sangat menarik perhatian binatang-binatang lain. Hali ini sampai pula terdengar di khayangan, tempat tinggal para para dewa, terutama dewa Cakra, yang memerintah semua dewa-dewa sangat tertarik kepada kelinci itu. Timbullah pertanyaan pada diri Sang Cakra, apakah kelinci itu yakin benar akan apa yang dianjur-anjurkannya tentang kebajikan beramal. Maka tidaklah tertahan lagi keinginannya untuk mengetahui hal itu, lalu dicarinya akal untuk mencoba keyakinan sang kelinci.
 
Dengan maksud itu ia turun dari khayangan dan menjelma menjadi seorang pendeta yang sudah tua usianya. Badannya dibuatnya berkerut dan sengsara seperti orang tua yang banyak menderita, miskin dan lapar.
 
Demikian pendeta itu sampai di hutan tempat tinggal kelinci. Tidak jauh dari rumah kelinci, ia merendahkan diri dan merintih-rintih minta tolong.

Seperti telah diterangkan di atas, kelinci itu selalu bersama kawan-kawannya. Demikian juga sekarang. Ketika mereka mendengar suara orang merintih minta tolong, berlari-larilah keempat binatang itu menuju tempat datangnya suara. Dan apakah yang mereka lihat? Seorang pendeta yang sudah tua, badannya kurus kering dan kepayahan.
 
Ibalah hati keempat binatang itu melihat kesengsaraan orang tua, apalagi seorang pendeta yang suci. Bertambahlah terharu mereka melihat sang pendeta hampir meninggal karena sangat lapar dan dahaga.
 
“Tunggulah,” kata mereka, “Kami akan mencarikan makanan dan minuman.” Ya, memang demikianlah, mereka harus mencari dahulu jika hendak makan dan minum. Anak-anak tentu mengerti juga, bahwa binatang-binatang hutan itu tidak mempunyai apa-apa di rumahnya. Mereka harus mencari makanan di mana-mana. Dan di mana saja terdapat makanan, di situlah mereka makan sampai kenyang.
 
Demikianlah, maka tidak lama kemudian si anjing air kembali dengan membawa tujuh ekor ikan. Ikan-ikan itu diberikannya semua kepada sang pendeta. Kemudian datanglah serigala membawa seekor kadal dan sedikit susu asam. Si kera datang pula dengan membawa beberapa buah mangga yang lezat-lezat. Dan akhirnya datanglah kelinci……
 
Anak-anak tentu mengira kelinci itu membawa makanan yang enak-enak pula, bukan? Sebab tidaklah dia yang selalu menganjur-anjurkan supaya orang menjalankan amal! Tetapi, apa yang terjadi? Kelinci tidak membawa apa-apa. Satu butir makanan pun tidak ada padanya. Memang hari itu hari sial baginya. Dengan tangan hampa ia berdiri di hadapan orang tua itu. Ia sangat malu, lebih-lebih terhadap kawan-kawannya.
 
Dalam hati ia berkata, “Ah, benar-benar binatang tidak berguna aku ini! Aku yang seringkali berbicara tentang kebajikan beramal, tetapi kenyataannya aku tidak mampu memberikan apa-apa kepada orang suci ini. Orang tua yang sangat memerlukan pertolongan dengan segera? Satu-satunya yang dapat kuamalkan kepadanya hanyalah badanku sendiri. Dan ini harus kulakukan!”

Karena pendeta itu sebenarnya adalah dewa Cakra, maka ia dapat mengetahui pikiran orang lain. Oleh karena itu mengertilah ia akan maksud kelinci itu. Tetapi sebagai pendeta ia dilarang membunuh makhluk. Sekarang yang perlu diketahui ialah, apakah kelinci itu benar-benar menyerahkan badannya sebagai makanan? Dikumpulkannya beberapa batang kayu dan dibakarnya. Kemudian dengan diam ia memandang kepada kelinci.

Dengan tidak berpikir panjang lagi kelinci itu meloncat ke dalam api yang menyala-nyala. Dan matilah ia dengan ikhlas dan bahagia, dengan keyakinan, bahwa perkataan-perkataannya tentang amal telah dibuktikannya dengan perbuatan.

Dan untuk memperingati perbuatan kelinci yang penuh keikhlasan dalam menjalankan amalnya, maka dewa Cakra menganugerahi kepadanya keputusan untuk menghias menara istana-istana para dewa. Dan anak-anak pun bisa melihatnya di bulan purnama.