Jumat, 15 Oktober 2010

Kisah Khema Theri

Ratu Khema merupakan istri utama dari Raja Bimbisara. Ia sangat cantik dan sangat bangga akan kecantikannya. Raja menginginkannya untuk pergi ke Vihara Veluvana dan memberi hormat kepada Sang Buddha. Namun ia pernah mendengar bahwa Sang Buddha selalu berbicara meremehkan kecantikan, dan karenanya ia mencoba untuk menghindari berjumpa dengan Sang Buddha. Raja mengerti sikapnya terhadap Sang Buddha, ia juga tahu betapa bangganya ratu pada kecantikannya. Kemudian raja memerintahkan grup musiknya untuk menyanyikan lagu pujian tentang Vihara Veluvana, tentang tempatnya yang menyenangkan dan suasananya yang damai, dan sebagainya. Mendengar hal itu, Ratu Khema menjadi tertarik dan memutuskan untuk pergi ke Vihara Veluvana.

Ketika Ratu Khema tiba di vihara, Sang Buddha sedang membabarkan Dhamma kepada para pendengar. Dengan kemampuan batin luar biasa Beliau, Sang Buddha membuat penampakan seorang gadis muda yang sangat cantik muncul, duduk tidak jauh dari Beliau, dan sedang mengipasi Sang Buddha. Ketika Ratu Khema datang di ruang pertemuan, hanya ia sendiri yang melihat gadis cantik tersebut. Membandingkan kecantikannya yang luar biasa dari gadis tersebut dengan kecantikannya, Khema menyadari bahwa kecantikannya jauh lebih rendah dibandingkan dengan gadis tersebut. Ketika Ratu memperhatikan dengan seksama gadis tersebut, tiba-tiba kecantikan gadis itu mulai memudar sedikit demi sedikit. Akhirnya Ratu melihat seorang wanita tua jompo, yang kemudian berubah menjadi mayat, tubuhnya yang berbau busuk diserang belatung. Segera pada saat itu, ratu Khema menyadari ketidak-kekalan dan ketidak-berhargaan kecantikannya.

Sang Buddha mengetahui keadaan pikiran Ratu Khema, kemudian Beliau berkata, "O Khema! Lihatlah baik-baik pada tubuh lapuk ini yang terbalut di sekitar kerangka tulang, dan merupakan sasaran penyakit dan kelapukan. Lihatlah baik-baik tubuh ini yang dihargai sedemikian tinggi oleh orang bodoh. Lihatlah pada ketidak-berhargaan kecantikan gadis muda ini." Setelah mendengar hal itu, Ratu Khema mencapai tingkat kesucian sotapatti.

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut :

"Ye rāgarattānupatanti sotaṃ
sayaṃkataṃ makkaṭako va jālaṃ
etam pi chetvāna vajanti dhīrā
anapekhino sabbadukkhaṃ pahāya."

Mereka yang bergembira dengan nafsu indria, akan jatuh ke dalam arus (kehidupan),
seperti laba-laba yang jatuh ke dalam jaring yang dibuatnya sendiri.
Tapi para bijaksana dapat memutuskan belenggu itu, mereka meniggalkan kehidupan duniawi, tanpa ikatan, serta melepaskan kesenangan-kesenangan indria.

Pada saat khotbah Dhamma itu berakhir, Ratu Khema mencapai tingkat kesucian arahat. Kemudian Sang Buddha berkata kepada Raja, “Oh Raja, Khema harus meninggalkan keduniawian, atau memasuki Nibbana”. Raja menjawab, “Bhante, terimalah ia dalam Sangha; sedangkan Nibbana, jangan!”.
Khema kemudian masuk dalam pasamuan bhikkhuni serta menjadi Siswa Utama wanita Sang Buddha.

------------------------
Notes :
* Bhikkhu Siswa Utama adalah Moggalana & Sariputta, dan bhikkhuni siswa utama adalah Khema & Uppalavana.

Diatas, dikatakan jika telah mencapai arahat, harus meninggalkan kehidupan duniawi atau merealisasi Nibbana (maksudnya meninggal dunia). Hal ini dikarenakan tidak mungkin lagi seorang arahat menjalani kehidupan duniawi. Sudah tidak cocok lagi, cara pandang, sikap dll. Coba perhatikan cerita-cerita lainnya, semua yang mencapai arahat kalau tidak menjadi bhikkhu/ni, maka ia akan meninggal tidak lama kemudian. Misalnya menteri Santati (kisah no. 142), Bahiya (kisah no.101), Brahmana dan isterinya (dua orang) di kisah no.225, dan juga Raja Suddhodana ayah pangeran Siddhartha yang meninggal segera setelah mencapai arahat (ThigA.141). Tidak ada yang hidup terus sebagai umat perumah tangga. Yang tercatat masih tetap terus hidup berumah tangga, maksimum hanya anagami.
Biasanya kalau bukan anggota Sangha tetapi mencapai arahat setelah mendengar khotbah Sang Buddha, mereka segera masuk dalam persamuan Sangha. Contohnya Jambuka (kisah 70), Uggasena (kisah 348), Khema (kisah 347), Samanera dari Kosambi (kisah 96), Aggidatta dan semua pengikutnya (kisah 188-192)

Dalam hal ini karena Khema adalah seorang ratu dan masih memiliki suami, tentunya dia tidak leluasa memutuskan sendiri, hingga Buddha menanyakannya kepada Raja.

Pada masa Buddha Padumuttara, Khema adalah seorang budak. Ia menjual rambutnya untuk memberi dana makanan kepada Buddha Padumuttara, dan melihat murid utama wanita Sujata, ia bertekad untuk menjadi murid utama wanita Buddha yang akan datang. Sejak saat itu ia bekerja keras untuk memenuhi tekad itu.

Pada masa Buddha Kassapa, ia beranama Samani, putri tertua dari Kiki, Raja Benares. Bersama dengan saudari-saudarinya ia menjalani hidup selibat selama 20 ribu tahun dan membangun vihara untuk Buddha. Ia mempelajari Mahanidana Sutta setelah mendengar Buddha membabarkannya.

Pada masa Buddha Vipassi ia menjadi seorang bhikkhuni pembabar Dhamma yang terkenal. Dan pada masa Buddha Kakusandha dan Konagamana, ia juga membangun vihara untuk Buddha dan para bhikkhu.

Raja Bimbisara adalah Raja di kerajaan Magadha, memiliki beberapa orang ratu/istri yaitu

- Ratu Kosaladevi / Ratu Vaidehi, saudari Raja Pasenadi dari Kosala.
Dengan ratu Vaidehi, Raja Bimbisara memiliki anak, yaitu Ajatasattu. Ketika Ajatasattu dewasa, ia dihasut oleh Devadatta untuk menggulingkan Raja Bimbisara. Raja Bimbisara ditangkap, disiksa dan akhirnya mati. Dengan latar belakang kejadian ini, Ratu Vaidehi memohon Sang Buddha untuk mengutus murid Beliau untuk mengajarkan Dharma. Ketika Sang Buddha datang menampakkan diri, Ratu Vaidehi bertanya, dimanakah terdapat alam yang tiada kejahatan dan bagaimana dapat ke sana. Kemudian Sang Buddha menjelaskan panjang lebar metode meditasi yang digunakan. Kejadian ini terdapat di dalam Amitayur Dhyana Sutra. Di sutra ini dijelaskan bagaimana meditasi untuk lahir di alam Buddha Amitabha). (Sutra ini termasuk aliran Mahayana)

- Ratu Khema
- Padumavati dari Ujjeni, dengannya mempunyai putra bernama Abhayakumara
- selain itu juga memiliki anak bersama pelacur Ambapali dari Vesali, anaknya bernama Vimala Kondanna yang menjadi bhikkhu setelah kunjungan Buddha ke Vesali dan mencapai kearahatan segera sesudahnya. Mendengar khotbah Vimala Kondanna, Ambapali memasuki sangha bhikkhuni dan kemudian mencapai arahat juga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar