Kamis, 23 Desember 2010

Kisah Thera Sundarasamudda

Sundarasamudda adalah anak dari seorang hartawan dari Savatthi. Setelah memasuki pasamuan bhikkhu, ia pergi ke Rajagaha, yang empat puluh lima yojana jauhnya dari Savatthi, untuk berlatih meditasi.

Suatu hari, ketika beberapa perayaan sedang berlangsung di Savatthi, ayah Sundarasamudda merasa sangat kehilangan putranya. Mereka juga merasa kasihan pada putranya yang kehilangan semua kesenangan. Memikirkan hal itu mereka menangis. Ketika mereka sedang menangis, seorang pelacur datang pada mereka, dan menanyakan apa duduk persoalannya.

Setelah mendengar apa yang terjadi pada anak mereka, pelacur itu berkata, "Jika aku dapat membuat anakmu meninggalkan pasamuan Sangha dan kembali hidup sebagai orang biasa bagaimana engkau akan menghargaiku?" Orang tua tersebut menjawab bahwa mereka akan membuatnya kaya raya. Pelacur tersebut kemudian meminta sejumlah besar uang dan pergi ke Rajagaha dengan sejumlah pengikutnya.

Di Rajagaha, ia menyewa sebuah rumah bertingkat tujuh pada rute jalan di mana Sundarasamudda berpindapatta. Ia menyiapkan makanan yang baik dan menunggunya. Pada beberapa hari pertama, ia memberikan dana makanan kepada Sundarasamudda di pintu rumahnya. Kemudian, ia mengundangnya untuk masuk ke dalam rumah. Ia memberi uang kepada beberapa anak untuk datang dan bermain di luar rumah pada saat kira-kira Sundarasamudda biasanya datang untuk menerima dana makanan. Dengan alasan bahwa di lantai dasar terlalu berdebu dan berisik karena anak-anak itu, pelacur itu mengundang Sundarasamudda untuk naik ke lantai atas dan menerima dana makanan di sana. Sang thera mengikutinya naik, dan segera setelah memasuki ruangan tersebut, sang pelacur menutup pintu. Kemudian ia mulai merayu Sundarasamudda. Ia berkata kepada, "Yang Mulia! Marilah menjadi suamiku yang awet muda dan kuat, dan aku akan menjadi istrimu yang paling tercinta. Setelah kehidupan perkawinan kita yang panjang dan bahagia kita berdua dapat meninggalkannya untuk masuk dalam pasamuan dan berjuang sekuat tenaga untuk mencapai nibbana."

Ketika mendengar kata-kata itu, Sundarasamudda tiba-tiba menyadari kekeliruannya dan waspada. Kemudian ia berkata pada dirinya sendiri, "Sungguh, karena kelalaian dan kurangnya perhatian aku telah membuat satu kekeliruan besar."

Pada saat itu, Sang Buddha memperhatikan dari kuti harum Beliau, apa yang sedang terjadi pada Sundarasamudda di Rajagaha. Ia memanggil Y.A. Ananda, dan berkata, "Ananda! Pada lantai atas sebuah rumah bertingkat di Rajagaha, sekarang sedang terjadi perlawanan antara Sundarasamudda dan seorang pelacur, tapi pada akhirnya Sundarasamudda yang akan menjadi pemenangnya." Setelah mengatakan hal ini kepada Ananda, Sang Buddha mengirimkan sinar kesucian kepada Sundarasamudda dan membuatnya merasakan kehadiran Beliau. Lalu Beliau berkata, "Murid-Ku! Putuskanlah dan buanglah rasa cinta terhadap kekayaan dan kesenangan-kesenangan nafsu keinginan."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut :

“Yo'dha kāme pahatvāna
anāgāro paribbaje
kāmābhavaparikkhīṇaṃ
tam ahaṃ brūmi brāhmaṇaṃ.”

Seseorang yang telah membuang nafsu keinginan,
yang telah meninggalkan kehidupan rumah tangga dan menempuh kehidupan tanpa rumah, yang telah menghancurkan nafsu indria akan wujud yang baru,
maka ia Kusebut seorang 'brahmana'.

Pada akhir khotbah ini Sundarasamudda mencapai tingkat kesucian arahat dan dengan kemampuan batin luar biasanya ia menerobos atap rumah menuju angkasa, pergi menemui Sang Buddha

Senin, 06 Desember 2010

Kisah Uppalavanna Theri

Suatu waktu beberapa bhikkhu sedang membicarakan tentang Arahat Uppalavanna Theri yang diperkosa pemuda Nanda, yang kemudian ditelan bumi. Dalam kaitan ini, mereka bertanya kepada Sang Buddha apakah arahat tidak menikmati kesenangan hawa nafsu karena mereka mempunyai susunan tubuh yang sama seperti layaknya orang lain.

Kepada mereka, Sang Buddha menjawab, "Para bhikkhu! Para arahat tidak menikmati kesenangan hawa nafsu; mereka tidak menuruti kehendak dalam kesenangan hawa nafsu, karena mereka tidak lagi melekat pada objek indria dan pada kesenangan hawa nafsu, seperti air yang tidak melekat pada daun teratai atau biji sesawi yang berada pada ujung jarum."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut :

"Vāri pokkharapatte va āragge-r-iva sāsapo
yo na lippati kāmesu tam ahaṃ brūmi brāhmaṇaṃ."

Seseorang yang tidak lagi melekat pada kesenangan-kesenangan indria,
seperti air di atas daun teratai atau
seperti biji sesawi diujung jarum,
maka ia Kusebut seorang `brahmana`

--------------
Notes :
Kisah lebih lengkap mengenai Uppalavana Theri lihat di kisah nomor 69.