Minggu, 25 April 2010

Kisah Laludayi Thera

Laludayi adalah seorang bhikkhu yang lamban dalam berpikir dan pelamun. Walaupun telah berusaha keras, dia tidak pernah bisa mengatakan hal yang sesuai dengan situasi pada saat itu. Oleh karena itu, pada kesempatan yang gembira dan penuh harapan dia berbicara tentang kesedihan, dan pada kesempatan yang menyedihkan dia berbicara tentang kesenangan dan kebahagiaan. Selain itu, dia tidak pernah menyadari bahwa dia telah mengucapkan hal yang tidak tepat dalam situasi tertentu.

Ketika diberitahu tentang hal ini, Sang Buddha berkata, "Orang seperti Laludayi, yang memiliki sedikit pengertian sama halnya seperti seekor lembu jantan."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut:

Appassutāyaṃ puriso
balivaddo va jīrati
maṃsāni tassa vaḍḍhanti
pañña tassa na vaḍḍhati

Orang yang hanya belajar sedikit akan menjadi tua seperti seekor sapi;
dagingnya bertambah tetapi kebijaksanaannya tidak bertambah.

Selasa, 20 April 2010

Kisah Bhikkhu-bhikkhu Adhimanika

Setelah lima ratus bhikkhu mendapatkan cara-cara bermeditasi dari Sang Buddha, mereka pergi ke hutan. Di sana mereka melatih meditasi dengan bersemangat dan rajin sehingga mencapai ''Penunggalan Kesadaran'' (jhana). Setelah mencapai jhana mereka berpikir bahwa mereka telah bebas dari hawa nafsu oleh karena itu mereka telah mencapai tingkat kesucian arahat. Pada hal kenyataannya, mereka hanya menilai dirinya sendiri berlebihan. Mereka pergi menjumpai Sang Buddha dengan maksud untuk memberitahukan tentang pencapaian ke-arahat-an mereka.

Ketika mereka tiba di gerbang luar vihara, Sang Buddha berkata kepada Y.A. Ananda, "Bhikkhu-bhikkhu itu tidak akan mendapat banyak manfaat apabila menemui Tathagatha sekarang, biarkan mereka pergi ke kuburan sekarang, baru kemudian menemui Tathagatha sesudahnya."

Kemudian Ananda memberitahukan pesan Sang Buddha kepada para bhikkhu, dan mereka merenung, "Sang Buddha mengetahui segalanya, Beliau pasti mempunyai beberapa alasan agar kita pergi ke kuburan terlebih dahulu." Maka pergilah para bhikkhu itu ke kuburan.

Disana, mereka melihat banyak mayat yang telah membusuk, dan mereka dapat melihatnya hanya sebagai kerangka, dan tulang belulang. Tetapi ketika mereka melihat mayat-mayat yang baru, mereka menyadari bahwa mereka masih memiliki hawa nafsu.

Sang Buddha dengan iddhi / kemampuan batin luar biasa Beliau melihat mereka dan muncul di hadapan para bhikkhu, kemudian Beliau berkata, "Para bhikkhu! Dengan melihat tulang belulang yang telah memutih, apakah pantas mempunyai hawa nafsu dalam dirimu?"

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut :

"Yān’imāni apatthāni
alāpūn’eva sārade
kāpotakāni aṭṭhini
tāni disvāna kā rati."

Bagaikan labu yang dibuang pada musim gugur,
demikian pula halnya dengan tulang-tulang yang memutih ini.
Kesenangan apakah yang didapat dari memandangnya?

Lima ratus bhikkhu mencapai tingkat kesucian arahat setelah khotbah Dhamma itu berakhir.

Senin, 19 April 2010

Setting yahoomail di Outlook Express

Seperti yang saya janjikan pada posting sebelumnya, saya mencoba membantu untuk setting account Yahoomail di aplikasi e-mail client Outlook Express. Aplikasi ini adalah aplikasi standar dari Windows XP, jadi semua pengguna Windows XP seharusnya sudah memilikinya. Seperti inilah caranya:

1. Dari menu Tools, pilih “Accounts.”
2. Pilih tab “Mail.”
3. Klik tombol “Add”.
4. Dari menu Add, klik “Mail.”
5. Pada kotak berlabel Display Name, ketik nama Anda dan klik “Next.”
6. Pada kotak Email Address, ketik alamat yahoomail Anda (pastikan untuk mencantumkan “@yahoo.co.id”) kemudian klik “Next.”
7. Di bawah “My incoming mail server is a…” pilih “POP3.”
8. Ketik “pop.mail.yahoo.co.id” pada kotak Incoming Mail (POP3, IMAP, atau HTTP) Server.
9. Ketik “smtp.mail.yahoo.co.id” pada kotak Outgoing Mail (SMTP) Server.
10. Klik “Next.”
11. Dalam kotak Account Name, ketik ID yahoomail Anda (alamat e-mail Anda tanpa “@yahoo.co.id”, atau jika anda menggunakan alamat baru yahoo rocketmail atau ymail, maka tulis seluruhnya).
12. Pada kotak Password, ketik password yahoomail Anda.
13. Jika Anda ingin Outlook Express mengingat password Anda, contreng (ceklist) kotak “Remember password.”
14. Jangan mencontreng kotak berlabel “Log on using Secure…”
15. Klik “Next.”
16. Klik “Finish.”

Penting: Sekarang server SMTP yahoomail memerlukan autentikasi. Untuk mengaktifkan setting ini:

1. Dari menu Tools, pilih “Accounts.”
2. Pilih tab “Mail.”
3. Klik dua kali akun berlabel “pop.mail.yahoo.co.id.”
4. Pilih tab “Servers.”
5. Contreng kotak di sebelah “My Server Requires Authentication.”
6. Klik “OK.”

Untuk mengendalikan penghapusan surat dari server yahoomail:

1. Dari menu Tools, pilih “Accounts.”
2. Pilih tab “Mail.”
3. Klik dua kali account berlabel “pop.mail.yahoo.co.id.”
4. Pilih tab “Advanced.”
5. Pada bagian Delivery di bagian bawah, contreng “Leave a copy of messages on server” jika Anda ingin menyimpan pesan Surat e-mail pada server yahoomail selain juga pada komputer lokal Anda. Jangan mencontreng kotak ini jika Anda ingin surat dihapus dari server yahoomail setelah Anda mendownloadnya di Outlook Express.

Jika ISP Anda memblokir port 25 atau jika Anda tidak bisa mengirimkan email, maka Anda harus menggunakan port 587 apabila mengirimkan lewat server SMTP Yahoo. Untuk merubahan ini, petunjuknya sebagai berikut:

1. Dari menu Tools, pilih “Accounts.”
2. Pilih account POP yahoo dan klik “Properties.”
3. Klik tab “Advanced.”
4. Di samping “Outgoing server (SMTP), ubah port 25 menjadi 587
5. Klik “Apply,” lalu klik “OK” dan “Close”

rahasia di xp

CON adalah salah satu reserved words di windows yang ga boleh dipake.

Sama hal-nya dengan prn NUL, COM1-COM9, LPT1-LPT9.

Ini jg berlaku di Linux, dimana hardware resource direpresentasikan layaknya suatu file.

Misalnya: /dev/tty, /dev/null dsb.

Tapi kita tetep bisa kok bikin folder CON, caranya:

- buka command prompt

- ketik ‘mkdir \\.\c:\con’

- akses direktori ‘dir \\.\c:\con’

- hapus direktori ‘rmdir \\.\c:\con’

Pas waktu kalimat ‘bush hid the facts’ disimpan ke sebuah file,notepad menyimpan tanpa masalah.

Bisa dibuktikan dengan membuka file tersebut dengan editor lain, misalnya wordpad.

Masalah baru muncul waktu file tsb dibuka oleh notepad itu sendiri.

Sebelum membuka file itu, notepad berusaha ngedeteksi encoding yg digunakan.

Ternyata algoritma deteksi ini keliru jika file yang dimaksud mengandung kalimat dengan

pola 4-3-3-5 karakter sehingga membentuk kode ASCII tertentu.

Akibatnya file yg disimpan dalam encoding ANSI tsb malah dibuka dalam encoding UTF-16.

Sama sperti kalau kita membuat suatu program, lumrah kalo pengembang software ‘menyisipkan’ hal-hal yang menarik di software buatannya.

Hal-hal ini disembunyikan dan dapat diakses dengan cara-cara/trik-trik tertentu.

Ini disebut ‘easter egg’. Trik di word itu salah satu easter egg.

Semoga Menambah Pengetahuan anda

menampilkan isi desktop di notepad dengan cmd

dir /o /d /s >test.txt

membuat file dari cmd

copy con namafile.mdb / .xls / .doc

shutdown komputer dengan mengeluarkan comment

shutdown.exe -s -t 60 -c “comment yang mau di munculkan”

mengunci folder dengan system GUI

1. buka my computer -> Tools -> Folder Options -> view -> Use simple sharing ( Recommended) “ada di paling bawah” -> apply -> ok

2. pilih folder yang ingin dikunci (Access denied) -> klik kanan -> properties -> security -> di bagian “Group or user names” pilih user yang mana yang

tidak boleh mengakses folder tersebut / folder yang ingin dikunci -> di bagian “Full control” centang “Allow” apabila bisa di akses dari user lainnya

dan sedangkan “Deny” tidak bisa diakses oleh user yang anda pilih di bagian “Group or user names”..

mengunci folder dengan system DOS

1.buka run

2.ketik cmd enter

3.masuk ke partisi dimana folder yang anda ingin kunci. misalkan di folder yang ingin anda kunci D:

4.ketik D:\cacls nama folder /d nama user

membuka folder yang dikunci dari DOS

1.buka run

2.ketik cmd enter

3.masuk ke partisi dimana folder yang anda ingin buka. misalkan di folder yang ingin anda buka D:

4.ketik D:\cacls nama folder /g nama user:f

mematikan proses dari DOS

1.buka run

2.ketik cmd enter

3.ketik taskkill /f /im notepad.exe enter.

Bandwith

Memonopoli bandwith agar komp super cepat koneksi internet

Teman2 prnah ga ngersa klo lgi koneksi tersa amt lambt bgt..

knp ci bsa lambt… karena birate’na kta trbatsi

tpi da solusinya…

biar dowmnload smkin cpet, trus koneksi smkin ngacir..

1). Buka Browser Mozilla Firefox

2). Pada Address Bar Ketik : about:CONFIG

3). Cari string di bawah ini : ( pastikan semua srting dibawah “TRUE”)

contoh menggantingnya :

NETWORK.HTTP.PIPELINING FALSE ==> klik kanan dan pilih “Toggle”

NETWORK.HTTP.PIPELINING TRUE

NETWORK.HTTP.PIPELINING.MAXREQUESTS 64

NETWORK.HTTP.PROXY.PIPELINING TRUE

NETWORK.PROXY.SHARE_PROXY_SETTINGS FALSE <=== ini harus False

4). buat srting baru caranya : Klik Kiri 1X Dimana Saja, Klik Kanan [/b]NEW>>INTEGER[/b]

5). Ketik : NGLAYOUT.INITIALPAINT.DELAY Beri Nilai 0

6). Kemudian REFRESH atau Tekan F5

7). Pada Address Bar Ketik : about:BLANK

Klik Menu:

Untuk OS Windows XP TOOLS>>OPTIONS>>WEB FEATURES

Untuk OS Linux ( Vector ) EDIT >> PREFERENCES

Untuk Setting yang berbeda di beberapa OS EDIT >>ADVANCED

9). Pada Option :

ALLOW WEB SITES TO INSTALL SOFTWARE Beri Tanda Check Box Untuk mengaktifkan

10).Kemudian Tekan OK Lalu REFRESH ( F5 )

11).Masuk Ke Link Ini :

https://addons.mozilla.org/en-US/firefox…fox&id=125

atau :

https://addons.mozilla.org/extensions/mo…ed=firefox

12).Download Software SwitchProxy Tool Versi 1.3.4

13).Setelah Selesai Jangan Tekan Tombol UPDATE

14).Klik Tanda X (tutup)Yang Ada Di Pojok Kanan Atas Dari POP UP Window Yang Muncul

15).Tutup Semua Browser Mozilla FireFox,

16).Kemudian Buka Lagi Untuk Mengaktifkan Software SwitchProxy Tool Versi 1.3.4 Yang sudah di Install Tadi

17).Kalo Instalasi Sukses, Akan Muncul Toolbar tambahan Di Bawah Toolbar Navigasi & Address Bar.

Sekarang Browser Mozilla Siap Untuk Digunakan…….

:: Message ::

– Software SwitchProxy Tool Versi 1.3.4 Ini selain untuk Mengganti Proxy Secara Otomatis Di Browser Mozilla FireFox, Engine-nya Juga Berpengaruh terhadap Kecepatan Koneksi Internet

– Cara Ini Sangat Efektif Bila Digunakan Di Warnet Yang Padat Pengunjung untuk Menyedot Bandwidth ( Mayoritas kecepatan akses Internet ) Ke Komputer Yang Sedang Anda Pakai

– Perubahan Yang Signifikan Terjadi Pada koneksi Internet Dengan BROADBAND / VSAT

Klik 2x di settingan dan masukin angka-angka ini – untuk true / false booleans – mereka bakal ganti otomatis begitu klik 2x

Code:

browser.tabs.showSingleWindowModePrefs – true

network.http.max-connections – 64

network.http.max-connections-per-server – 20

network.http.max-persistent-connections-per-proxy – 10

network.http.max-persistent-connections-per-server – 4

network.http.pipelining – true

network.http.pipelining.maxrequests – 100

network.http.proxy.pipelining – true

network.http.request.timeout – 300

network.http.request.max-start-delay = 0

nglayout.initialpaint.delay = 0

If nglayout.initialpaint.delay doesnt exist, Right click, new integer.

Optional:

Code:

network.http.max-persistent-connections-per-proxy = 10

network.http.proxy.pipelining = true

network.http.proxy.version = 1.0

Tutup mozilla trus jalanin lagi.

Sekarang Mozilla lo mengGILAAAAAAAAAA!!!.

WARNING:

Settingan ini bikin lo ngedonlot situs dengan amat KESURUPAN, BUT bikin Overload luar biasa ke situs yang lo tuju!

Ga bermaksud apa-apa selain kompi lain yang dapat share internet bakal lemod ABEZZZ gara-gara lo sedot benwidnya!

Next tip:

Disable IPv6 di Firefox buat bikin sejuk kecepatan load page lo!!…….. soalnya hamper semua site dah ga make IPv4………..

Buka Firefox………ketik “about:config” (enter)

cari :Network.dns.disableIPv6

Klik 2x buat ngerubah jadi ‘true’ trus restart Firefox.

Lo bakal mempercepat akses browsing………page per page.

Sekarang Firefox bener-bener dah GILAAAAAAAA buat lo!…

nglayout.initialpaint.delay bisa dirubah yg mana aja…bisa 0 bisa 300 ada juga yg set 30…tergantung kebutuhan…..coba 0 dulu…baru nanti kl ga ada perubahan naikan ke 300 atau nilai yg dirasa memuaskan

For ADSL:

Code:

1. Type: about:config

2. Set:

network.http.max-connections : 64

network.http.max-connections-per-server : 21

network.http.max-persistent-connections-per-server : 8

network.http.pipelining : true

network.http.pipelining.maxrequests : 100

network.http.proxy.pipelining : true

3. Lastly right-click anywhere and select New-> Integer. Name it “nglayout.initialpaint.delay” and set its value to “0″. This value is the amount of time the browser waits before it acts on information it recieves. (Copy from TvM)[/code]

For Dial_ip:

Code:

browser.cache.disk_cache_ssl : true

browser.xul.error_pages.enabled : true

content.interrupt.parsing : true

content.max.tokenizing.time : 3000000

content.maxtextrun : 8191

content.notify.backoffcount : 5

content.notify.interval : 750000

content.notify.ontimer : true

content.switch.threshold : 750000

network.http.max-connections : 32

network.http.max-connections-per-server : 8

network.http.max-persistent-connections-per-proxy : 8

network.http.max-persistent-connections-per-server : 4

network.http.pipelining : true

network.http.pipelining.maxrequests : 8

network.http.proxy.pipelining : true

nglayout.initialpaint.delay : 750

plugin.expose_full_path : true

signed.applets.codebase_principal_support : true

Kisah Uttara Theri

Uttara Theri yang berusia 120 tahun, pada suatu hari ia berjalan kembali dari berpindapatta. Ia bertemu dengan seorang bhikkhu, dan memohon bhikkhu itu untuk menerima persembahan dana makanan darinya. Tanpa pertimbangan bhikkhu tersebut menerima semua dana makanannya, sehingga Uttara Theri tidak makan hari itu. Hal yang sama terjadi dua hari berikutnya, sehingga selama tiga hari berturut-turut Uttara Theri tidak makan dan tubuhnya sangat lemas.

Pada hari keempat, ketika ia dalam perjalanan perpindapatta, ia bertemu dengan Sang Buddha di jalan yang sempit. Ia memberi hormat kepada Beliau, dan mundur selangkah untuk memberi jalan, secara tidak sengaja ia menginjak ujung jubahnya sendiri dan terjatuh ke tanah dan kepalanya terluka.

Sang Buddha mendekati Uttara dan berkata, "Tubuhmu telah menjadi sangat tua dan lemah, dan sebentar lagi hancur dan binasa."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut:

"Parijiṇṇaṃ idaṃ rūpaṃ
roganiḍḍaṃ pabhaṅguṇaṃ
bhijjati pūtisandeho
maraṇantaṃ hi jīvitaṃ."

Tubuh ini benar-benar rapuh,
sarang penyakit dan mudah membusuk.
Tumpukan yang menjijikkan ini akan menjadi hancur
Sesungguhnya, kehidupan berakhir dengan kematian.

Pada akhir khotbah itu, Uttara Theri mencapai tingkat kesucian sotapatti.

Kisah Uttara Theri

Uttara Theri yang berusia 120 tahun, pada suatu hari ia berjalan kembali dari berpindapatta. Ia bertemu dengan seorang bhikkhu, dan memohon bhikkhu itu untuk menerima persembahan dana makanan darinya. Tanpa pertimbangan bhikkhu tersebut menerima semua dana makanannya, sehingga Uttara Theri tidak makan hari itu. Hal yang sama terjadi dua hari berikutnya, sehingga selama tiga hari berturut-turut Uttara Theri tidak makan dan tubuhnya sangat lemas.

Pada hari keempat, ketika ia dalam perjalanan perpindapatta, ia bertemu dengan Sang Buddha di jalan yang sempit. Ia memberi hormat kepada Beliau, dan mundur selangkah untuk memberi jalan, secara tidak sengaja ia menginjak ujung jubahnya sendiri dan terjatuh ke tanah dan kepalanya terluka.

Sang Buddha mendekati Uttara dan berkata, "Tubuhmu telah menjadi sangat tua dan lemah, dan sebentar lagi hancur dan binasa."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut:

"Parijiṇṇaṃ idaṃ rūpaṃ
roganiḍḍaṃ pabhaṅguṇaṃ
bhijjati pūtisandeho
maraṇantaṃ hi jīvitaṃ."

Tubuh ini benar-benar rapuh,
sarang penyakit dan mudah membusuk.
Tumpukan yang menjijikkan ini akan menjadi hancur
Sesungguhnya, kehidupan berakhir dengan kematian.

Pada akhir khotbah itu, Uttara Theri mencapai tingkat kesucian sotapatti.

Jumat, 16 April 2010

Kisah Sirima

Saat itu di Rajagaha tinggal seorang pelacur yang sangat cantik bernama Sirima. Setiap hari Sirima berdana makanan kepada delapan bhikkhu. Suatu ketika, salah seorang dari bhikkhu-bhikkhu itu mengatakan kepada bhikkhu lain betapa cantiknya Sirima dan bahwa setiap hari Sirima mempersembahkan dana makanan kepada para bhikkhu.

Mendengar hal ini, seorang bhikkhu muda langsung jatuh cinta pada Sirima meskipun belum pernah melihat Sirima. Hari berikutnya bhikkhu muda itu bersama dengan para bhikku yang lain pergi ke rumah Sirima untuk menerima dana makanan. Sirima sedang sakit, tetapi karena ia ingin memberi penghormatan kepada para bhikkhu, ia digotong ke tempat para bhikkhu berada.

Begitu bhikkhu muda tersebut melihat Sirima lalu bhikkhu muda berpikir, "Meskipun ia sedang sakit, ia sangat cantik!" , dan Bhikkhu muda itu tersebut timbul nafsu yang kuat terhadapnya.

Larut malam itu, Sirima meninggal dunia. Raja Bimbisara pergi menghadap Sang Buddha dan memberitahukan bahwa Sirima, saudara perempuan Jivaka, telah meninggal dunia. Sang Buddha menyuruh Raja Bimbisara membawa jenasah Sirima kekuburan dan menyimpannya di sana selama 3 hari tanpa dikubur, tetapi hendaknya dilindungi dari burung gagak dan burung manyar/pemakan bangkai.

Raja melakukan perintah Sang Buddha. Pada hari ke 4 jenasah Sirima yang cantik sudah tidak lagi cantik dan menarik. Jenasah itu mulai membengkak dan ulat keluar dari dari 9 lubang.

Hari itu Sang Buddha bersama para bhikkhu pergi ke kuburan untuk melihat jenasah Sirima. Raja Bimbisara juga pergi bersama pengikutnya.

Bhikkhu muda yang telah tergila-gila kepada Sirima tidak mengetahui bahwa Sirima telah meninggal dunia. Ketika ia mengetahui Sang Buddha dan para bhikkhu akan pergi melihat Sirima, maka iapun turut serta bersama mereka. Setelah mereka tiba di kuburan, Sang Buddha, para bhikkhu, raja dan pengikutnya mengelilingi jenasah Sirima.

Kemudian Sang Buddha meminta kepada Raja Bimbisara untuk mengumumkan kepada penduduk yang hadir, siapa yang menginginkan tubuh Sirima 1 malam boleh membayar 1000 keping, akan tetapi tak seorangpun yang bersedia mengambilnya dengan membayar 1000 keping, atau 500, atau 250, ataupun cuma-cuma.

Kemudian Sang Buddha berkata, "Para bhikkhu, lihat Sirima! Ketika ia masih hidup, banyak sekali orang yang ingin membayar 1000 keping untuk menghabiskan 1 malam bersamanya, tetapi sekarang tak seorangpun yang ingin mengambil tubuhnya walaupun dengan cuma-cuma. Tubuh manusia sesungguhnya subyek dari kelapukan dan kehancuran."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut :

"Passa cittakataṃ bimbaṃ
arukāyaṃ samussitaṃ
āturaṃ bahusaṃkappaṃ
yassa natthi dhuvaṃ ṭhiti."

Pandanglah tubuh yang dihias indah ini,
Tumpukan luka, terdiri dari rangkaian tulang,
berpenyakit serta memerlukan banyak perawatan.
Ia tidak kekal serta tidak tetap keadaannya.

Bhikkhu muda itu mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah khotbah Dhamma berakhir.

----------------------
Notes :

Sirima mencapai tingkat kesucian sotapatti ketika ia berada di rumah Uttara (ditunggu ya ceritanya di kisah ke 223).
Sejak Sirima menjadi sotapanna, ia mengundang 8 bhikkhu untuk menerima dana makanan setiap hari di rumahnya.

Setelah kematiannya, Sirima lahir kembali di alam dewa Yama sebagai istri dari Suyama, pemimpin di alam dewa Yama. Perlu diketahui, kelahiran di alam dewa adalah kelahiran secara spontan (opapatika yoni), tidak melalui proses dari bayi/telur dll, langsung dewasa.
Ketika Sang Buddha berkhotbah di kuburan itu, Sirima hadir dengan 500 kereta surgawi beserta pengiringnya. Setelah Sang Buddha membabarkan Kayavicchandanika Sutta (Vijaya Sutta), Sirima mencapai tingkat kesucian Anagami.

Di kitab Vimanavatthu (pp.78f., 86) juga menceritakan kejadian yang sama, dengan tambahan bahwa Vangisa Thera juga hadir disana, dan setelah mendapat persetujuan dari Sang Buddha, beliau bertanya kepada Sirima dan menyuruhnya mengungkapkan jati dirinya. Tetapi disini dikatakan Sirima lahir di alam Nimmanarati, dan tidak disebutkan ia mencapai Anagami, sementara bhikkhu muda tadi disebutkan mencapai tingkat kesucian Arahat.

Mungkin sebagian orang berpikir kenapa mayat Sirima diperlakukan seperti itu, seperti kurang hormat kepada yang telah meninggal. Ini adalah pemikiran umat awam yang tidak mengerti, yang masih menggenggam erat tubuh jasmani.
Bayangkan kalau kita berada di posisi para bhikkhu/arahat/Buddha yang dapat melihat kemana perginya Sirima. Jika kita dapat melihat dengan mata kepala sendiri bahwa Sirima telah lahir kembali, dengan tubuh surgawi yang bahkan jauh lebih megah, hormat atau tidak hormat kepada mayat itu sudah tidak begitu relevan lagi.
Ibarat kita punya ular kesayangan yang sudah ganti kulit, atau ulat/kepompong yang telah menjadi kupu-kupu, tentunya perasaan kita terhadap kulit yang lama / kepompong yang kosong yang dicampakkan begitu saja ya biasa-biasa saja.

Dalam 40 macam kasina / obyek meditasi, termasuk di dalamnya adalah mayat (10 jenis mayat) yang disebut Asubha, dimana kasina ini sangat cocok untuk orang yang penuh nafsu. Contohnya dalam kisah di atas, si bhikkhu muda tersebut.

Kisah Sirima

Saat itu di Rajagaha tinggal seorang pelacur yang sangat cantik bernama Sirima. Setiap hari Sirima berdana makanan kepada delapan bhikkhu. Suatu ketika, salah seorang dari bhikkhu-bhikkhu itu mengatakan kepada bhikkhu lain betapa cantiknya Sirima dan bahwa setiap hari Sirima mempersembahkan dana makanan kepada para bhikkhu.

Mendengar hal ini, seorang bhikkhu muda langsung jatuh cinta pada Sirima meskipun belum pernah melihat Sirima. Hari berikutnya bhikkhu muda itu bersama dengan para bhikku yang lain pergi ke rumah Sirima untuk menerima dana makanan. Sirima sedang sakit, tetapi karena ia ingin memberi penghormatan kepada para bhikkhu, ia digotong ke tempat para bhikkhu berada.

Begitu bhikkhu muda tersebut melihat Sirima lalu bhikkhu muda berpikir, "Meskipun ia sedang sakit, ia sangat cantik!" , dan Bhikkhu muda itu tersebut timbul nafsu yang kuat terhadapnya.

Larut malam itu, Sirima meninggal dunia. Raja Bimbisara pergi menghadap Sang Buddha dan memberitahukan bahwa Sirima, saudara perempuan Jivaka, telah meninggal dunia. Sang Buddha menyuruh Raja Bimbisara membawa jenasah Sirima kekuburan dan menyimpannya di sana selama 3 hari tanpa dikubur, tetapi hendaknya dilindungi dari burung gagak dan burung manyar/pemakan bangkai.

Raja melakukan perintah Sang Buddha. Pada hari ke 4 jenasah Sirima yang cantik sudah tidak lagi cantik dan menarik. Jenasah itu mulai membengkak dan ulat keluar dari dari 9 lubang.

Hari itu Sang Buddha bersama para bhikkhu pergi ke kuburan untuk melihat jenasah Sirima. Raja Bimbisara juga pergi bersama pengikutnya.

Bhikkhu muda yang telah tergila-gila kepada Sirima tidak mengetahui bahwa Sirima telah meninggal dunia. Ketika ia mengetahui Sang Buddha dan para bhikkhu akan pergi melihat Sirima, maka iapun turut serta bersama mereka. Setelah mereka tiba di kuburan, Sang Buddha, para bhikkhu, raja dan pengikutnya mengelilingi jenasah Sirima.

Kemudian Sang Buddha meminta kepada Raja Bimbisara untuk mengumumkan kepada penduduk yang hadir, siapa yang menginginkan tubuh Sirima 1 malam boleh membayar 1000 keping, akan tetapi tak seorangpun yang bersedia mengambilnya dengan membayar 1000 keping, atau 500, atau 250, ataupun cuma-cuma.

Kemudian Sang Buddha berkata, "Para bhikkhu, lihat Sirima! Ketika ia masih hidup, banyak sekali orang yang ingin membayar 1000 keping untuk menghabiskan 1 malam bersamanya, tetapi sekarang tak seorangpun yang ingin mengambil tubuhnya walaupun dengan cuma-cuma. Tubuh manusia sesungguhnya subyek dari kelapukan dan kehancuran."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut :

"Passa cittakataṃ bimbaṃ
arukāyaṃ samussitaṃ
āturaṃ bahusaṃkappaṃ
yassa natthi dhuvaṃ ṭhiti."

Pandanglah tubuh yang dihias indah ini,
Tumpukan luka, terdiri dari rangkaian tulang,
berpenyakit serta memerlukan banyak perawatan.
Ia tidak kekal serta tidak tetap keadaannya.

Bhikkhu muda itu mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah khotbah Dhamma berakhir.

----------------------
Notes :

Sirima mencapai tingkat kesucian sotapatti ketika ia berada di rumah Uttara (ditunggu ya ceritanya di kisah ke 223).
Sejak Sirima menjadi sotapanna, ia mengundang 8 bhikkhu untuk menerima dana makanan setiap hari di rumahnya.

Setelah kematiannya, Sirima lahir kembali di alam dewa Yama sebagai istri dari Suyama, pemimpin di alam dewa Yama. Perlu diketahui, kelahiran di alam dewa adalah kelahiran secara spontan (opapatika yoni), tidak melalui proses dari bayi/telur dll, langsung dewasa.
Ketika Sang Buddha berkhotbah di kuburan itu, Sirima hadir dengan 500 kereta surgawi beserta pengiringnya. Setelah Sang Buddha membabarkan Kayavicchandanika Sutta (Vijaya Sutta), Sirima mencapai tingkat kesucian Anagami.

Di kitab Vimanavatthu (pp.78f., 86) juga menceritakan kejadian yang sama, dengan tambahan bahwa Vangisa Thera juga hadir disana, dan setelah mendapat persetujuan dari Sang Buddha, beliau bertanya kepada Sirima dan menyuruhnya mengungkapkan jati dirinya. Tetapi disini dikatakan Sirima lahir di alam Nimmanarati, dan tidak disebutkan ia mencapai Anagami, sementara bhikkhu muda tadi disebutkan mencapai tingkat kesucian Arahat.

Mungkin sebagian orang berpikir kenapa mayat Sirima diperlakukan seperti itu, seperti kurang hormat kepada yang telah meninggal. Ini adalah pemikiran umat awam yang tidak mengerti, yang masih menggenggam erat tubuh jasmani.
Bayangkan kalau kita berada di posisi para bhikkhu/arahat/Buddha yang dapat melihat kemana perginya Sirima. Jika kita dapat melihat dengan mata kepala sendiri bahwa Sirima telah lahir kembali, dengan tubuh surgawi yang bahkan jauh lebih megah, hormat atau tidak hormat kepada mayat itu sudah tidak begitu relevan lagi.
Ibarat kita punya ular kesayangan yang sudah ganti kulit, atau ulat/kepompong yang telah menjadi kupu-kupu, tentunya perasaan kita terhadap kulit yang lama / kepompong yang kosong yang dicampakkan begitu saja ya biasa-biasa saja.

Dalam 40 macam kasina / obyek meditasi, termasuk di dalamnya adalah mayat (10 jenis mayat) yang disebut Asubha, dimana kasina ini sangat cocok untuk orang yang penuh nafsu. Contohnya dalam kisah di atas, si bhikkhu muda tersebut.

Kamis, 15 April 2010

Kisah Teman-teman Visakha

Terdapat 500 orang pria dari Savatthi, mereka mengharapkan istri-istrinya menjadi orang yang murah hati, baik hati dan bersusila seperti Visakha. Kelima-ratus pria tersebut mengirim para istrinya kepada Visakha agar menjadi teman dekat Visakha. Pada suatu perayaan mabuk-mabukan yang berlangsung selama 7 hari, istri-istri tersebut mengambil semua minuman keras yang ditinggalkan suami mereka dan meminumnya tanpa diketahui oleh Visakha. Karena perbuatan yang tidak baik itu, mereka dipukuli oleh suami mereka. Pada kejadian lainnya, dengan mengatakan bahwa mereka hendak mendengarkan khotbah Sang Buddha, mereka memohon agar Visakha membawa mereka kepada Sang Buddha, tetapi secara diam-diam mereka masing-masing membawa sebotol kecil minuman keras yang disembunyikan dalam bajunya.

Pada saat tiba di vihara, mereka meminum semua minuman keras yang mereka bawa dan membuang botol-botol tersebut. Visakha memohon kepada Sang Buddha untuk mengajarkan Dhamma kepada mereka. Pada saat itu, para wanita sudah mulai mabuk, berasa ingin bernyanyi dan menari. Mara mengambil kesempatan membuat mereka semakin berani dan tidak tahu malu untuk bernyanyi, menari, bertepuk tangan, melompat-lompat di dalam vihara. Sang Buddha melihat campur tangan Mara yang membuat tingkah laku yang memalukan wanita-wanita tersebut. Sang Buddha berkata pada diri sendiri, "Mara tidak boleh diberi kesempatan". Kemudian Sang Buddha memancarkan sinar biru gelap sehingga ruangan menjadi gelap; wanita-wanita tersebut ketakutan dan mulai sadar. Kemudian Sang Buddha menghilang dari tempat duduknya dan berdiri di atas Gunung Meru, dan dari sana Beliau memancarkan sinar putih yang menerangi langit bagaikan diterangi seribu bulan. Setelah itu Sang Buddha berkata kepada kelima ratus wanita tersebut, "Ibu-ibu sekalian, tidak seharusnya kamu datang ke vihara dalam keadaan batin tidak sadar. Karena kalian telah lalai, Mara mendapat kesempatan membuat kalian berkelakuan yang memalukan, tertawa, menyanyi keras-keras dalam vihara. Sekarang berusahalah untuk memadamkan api hawa nafsu yang terdapat dalam diri kalian."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut :

"Ko nu hāso kim-ānando
niccaṃ pajjalite sati
andhakārena onaddhā
padīpaṃ na gavesatha."

Mengapa tertawa, mengapa bergembira padahal dunia ini selalu terbakar?
Dalam kegelapan, tidakkan engkau ingin mencari terang?

Lima ratus wanita itu mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah khotbah Dhamma berakhir.

Rabu, 14 April 2010

Kisah Samanera Sukha

Sukha menjadi samanera pada usia 7 tahun dan ditahbiskan oleh Sariputta Thera. Pada hari kedelapan setelah menjadi samanera, ia bersama Sariputta Thera pergi berpindapatta. Ketika sedang berjalan berkeliling, mereka melihat para petani sedang mengairi sawahnya, para pemanah sedang meluruskan anak panah, dan beberapa tukang kayu sedang membuat roda pedati, dan sebagainya.

Setelah melihat semua ini, ia bertanya kepada Sariputta Thera, apakah benda-benda mati ini dapat diarahkan ke sesuatu tujuan tertentu atau dapat dibuat menjadi sesuatu sesuai dengan keinginan seseorang. Sang Thera menjawab memang demikian. Kemudian Samanera muda merenung, jika demikian, tidak ada alasan mengapa seseorang tidak dapat mengendalikan batinnya serta melatih meditasi ketenangan dan pandangan terang (Samatha & Vipassana bhavana).

Kemudian, ia meminta izin kepada Sariputta Thera untuk kembali ke vihara. Di sana ia masuk ke dalam kamarnya dan berlatih meditasi sendirian.
Dewa Sakka dan para dewa membantu latihan meditasinya dengan cara menjaga suasana vihara agar tetap tenang.
Hari itu juga, di hari kedelapan setelah ia menjadi samanera, Sukha mencapai tingkat kesucian arahat.

Berhubungan dengan hal ini, Sang Buddha berkata kepada para bhikkhu: "Ketika seseorang melaksanakan Dhamma dengan sungguh-sungguh, maka Sakka dan para dewa akan menolong dan melindunginya. Tathagatha sendiri telah menahan Sariputta Thera di depan pintu, sehingga ia tidak terganggu. Samanera itu, setelah melihat para petani bekerja dengan giat mengairi sawahnya, para pemanah meluruskan anak panahnya, tukang kayu membuat roda pedati dan benda lainnya, ia melatih batinnya dan melaksanakan Dhamma. Ia telah mencapai tingkat kesucian arahat."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut ini:

"Udakaṃ hi nayanti nettikā
usukārā namayanti tejanaṃ
dāruṃ namayanti tacchakā
attānaṃ damayanti subbatā."

Pembuat saluran air mengatur jalannya air,
tukang panah meluruskan anak panah,
tukang kayu melengkungkan kayu,
orang bajik mengendalikan dirinya sendiri.

--------
Notes :
Yup, ini kisahnya dan syairnya sama dengan kisah no. 80.

Dewa Sakka adalah raja dewa yang memimpin alam surga Tavatimsa.
Sakka adalah pengikut Sang Buddha, dan ia adalah juga seorang Sotapanna, ia mencapai tingkat kesucian Sotapatti (maksimum 7 kali lagi dilahirkan) diceritakan dalam Sakkapanha Sutta.

Dalam tradisi chinese, Sakka dianalogikan dengan Kaisar Langit (Tao) / Giok Tee / Yù Huáng Shangdi / Yu Huang Dadi / Tian Gong. Atau Ti Shih Thien Cun/Shih Ti Huan Yin.
Di sebagian vihara-vihara di Indonesia, biasanya ada hiolo (tempat hio) di luar/halaman, yang didedikasikan kepada Thien Kung / Tian Gong.

4 Raja Langit dari alam Catummaharajika (satu tingkat dibawah Tavatimsa) membantu dan melayani Sakka.

Ketika pangeran Siddhartha meninggalkan kehidupan duniawi, beliau memotong rambutnya dan melemparkannya ke langit, Sakka menyambutnya dan menaruhnya di Culamani cetiya (J.i.65)

Sakka sering menolong manusia dan hewan, juga suka mengetest orang-orang. Kalau kita ingat, beberapa kisah yang terdahulu, misalnya kisah raja burung nuri di kisah 32, kisah Suppabuddha di no 66.
Sakka juga menolong para dewa (di alamnya atau alam yang lebih rendah) lainnya, misalnya dalam kisah 119 Anathapindika.

Sakka membantu merawat para Arahat yang sakit, misalnya ketika Sariputta sakit, dan juga ketika Sang Buddha sakit sebelum parinibbana, ia merawat Sang Buddha, bahkan membawakan tempat kotoran (pispot) beliau.

Sakka sering berperan sebagai penjaga moral di dunia. Ketika kejahatan marak di antara manusia, atau raja menjadi lalim, Sakka menampakkan diri dan menakuti mereka agar mereka berbuat baik. Ia membela orang baik yang melawan orang jahat, dan sering membantu mereka mencapai tujuan/cita-cita mereka. Contoh2nya dalam kisah Ambacora, Ayakūta, Udaya, Kaccāni, Kāma, Kāmanīta, Kumbha, Kelisīla, Kharaputta, Culladhanuggaha, Dhajavihetha, Bilārikosiya, Manīcora, Mahākanha, Vaka, Sarabhanga, Sarabhamiga and Sudhābhojana Jātaka.
Sakka melindungi orang baik, mereka yang menonjol diundangnya ke surga dengan mengirim kereta dan kusirnya Matali untuk menjemput mereka (Guttila, Mandhātā, Sādhina, Nimi) beberapa lainnya diberi penghargaan yang sesuai, misalnya dalam Uraga Jātaka.

Senin, 12 April 2010

Kisah Pilotikatissa Thera

Suatu saat Ananda Thera melihat seorang pemuda yang berpakaian lusuh berjalan meminta makanan. Beliau merasa iba melihat pemuda tersebut, dan mengajaknya menjadi seorang samanera. Samanera muda tersebut meninggalkan pakaian dan mangkuknya pada sebuah dahan pohon. Ketika ditahbis menjadi seorang bhikkhu ia dikenal dengan nama Pilotikatissa.

Sebagai seorang bhikkhu, ia tidak perlu kuatir kekurangan makanan dan pakaian. Namun kadang-kadang ia merasa tidak bahagia dalam kehidupannya sebagai bhikkhu dan berkeinginan kembali hidup sebagai umat biasa. Ketika perasaan ini timbul, ia pergi ke pohon dimana ia meninggalkan pakaian dan mangkuknya.

Ketika sampai di bawah pohon itu, ia bertanya kepada dirinya sendiri, "Oh, orang tak tahu malu, apakah engkau mau meninggalkan tempat dimana kamu cukup makan dan cukup pakaian? Apakah engkau masih mau mengenakan pakaian buruk ini dan pergi meminta-minta dengan mangkuk tua ini di tanganmu?" Demikianlah ia memarahi dirinya sendiri, dan setelah dirinya tenang, ia kembali ke vihara.

Setelah dua atau tiga hari kemudian, keinginan untuk meninggalkan kehidupan bhikkhu muncul kembali, dan ia pun kembali ke pohon itu dan bertanya pada dirinya sendiri perihal pertanyaan yang sama. Seperti kejadian pertama, ia memarahi dirinya sendiri dan setelah menenangkan diri, ia kembali ke vihara. Kejadian ini terulang beberapa kali.

Ketika bhikkhu-bhikkhu lain menanyakan kepadanya, mengapa ia sering pergi ke pohon tersebut, ia memberitahu mereka bahwa ia pergi menemui gurunya (dianggap sebagai "guru", karena membuat ia malu dan kembali ke jalan yang benar).

Dengan menggunakan pakaian dan mangkuk tuanya sebagai objek meditasi, ia menyadari hakikat dari corak kenyataan kelompok kehidupan/khanda (sebagai tidak kekal/anicca, tidak memuaskan/dukkha, tidak ada aku yang kekal/anatta), akhirnya ia mencapai tingkat kesucian arahat. Kemudian ia tidak lagi pergi ke pohon itu.

Melihat hal itu, bhikkhu-bhikkhu lain bertanya kepada Pilotikatissa: "Mengapa engkau tidak pergi menemui gurumu lagi?"

Kepada mereka ia menjawab: "Ketika saya membutuhkan, saya pergi kepadanya; tapi sekarang saya tidak mempunyai kebutuhan lagi untuk pergi kepadanya."

Setelah mendengar jawaban tersebut, bhikkhu-bhikkhu itu membawa Pilotikatissa menghadap Sang Buddha. Ketika sampai disana, mereka memberi hormat kepada Sang Buddha dan berkata, "Bhante, bhikkhu ini mengaku telah mencapai tingkat kesucian arahat, ia pasti telah berbohong."

Akan tetapi Sang Buddha berkata, "Para bhikkhu, Pilotikatissa tidak berbohong, ia berkata benar. Walaupun dulu ia mempunyai hubungan baik dengan gurunya, namun saat ini ia tidak mempunyai hubungan lagi dengan gurunya. Pilotikatissa Thera telah memiliki pengertian membedakan penyebab yang benar dan yang salah serta menyadari corak kenyataan segala sesuatu sebagaimana apa adanya. Sekarang ia telah mencapai tingkat kesucian arahat, oleh karena itu ia tak ada hubungan lagi dengan gurunya."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut ini:

"Hirīnisedho puriso
koci lokasmi vijjati
yo nindaṃ appabodhati
asso bhadro kasām iva.

Asso yathā bhadro kasāniviṭṭho
ātāpino saṃvegino bhavātha
saddhāya sīlena ca viriyena ca
samādhinā dhammavinicchayena ca
sampannavijjācaraṇā patissatā
pahassatha dukkham idaṃ anappakaṃ."

Dalam dunia ini jarang ditemukan seseorang yang dapat mengendalikan diri dengan memiliki hiri (rasa malu untuk berbuat jahat),
yang senantiasa waspada, bagaikan seekor kuda yang terlatih baik dapat menghindari cemeti.

Bagaikan seekor kuda yang terlatih baik,
walaupun sekali saja merasakan cambukan,
segera menjadi bersemangat dan berlari cepat,
demikian pula halnya dengan orang yang rajin, penuh keyakinan, memiliki sila, semangat, konsentrasi dan menyelidiki Ajaran Benar,
dengan bekal pengetahuan dan tingkah laku sempurna serta memiliki kesadaran,
akan segera meninggalkan penderitaan yang berat ini.

-------------
Notes:
Walaupun pada awalnya Pilotikatissa Thera memiliki motivasi yang salah (mendapat makan cukup dan pakaian yang pantas), tetapi untungnya ia akhirnya sadar dan menggunakan simbol kemelekatannya (berupa ingatan atas pakaian dan mangkuk lamanya) sebagai obyek meditasi dan berhasil mencapai arahat.

Jumat, 09 April 2010

Kisah Para Wanita yang Melaksanakan Atthasila

Suatu ketika lima ratus wanita dari Savatthi berkunjung ke Vihara Pubbarama untuk melaksanakan tekad peraturan moral uposatha. Pendiri vihara itu, Visakha yang terkenal, bertanya kepada kelompok-kelompok wanita itu mengapa mereka datang untuk melaksanakan kewajiban hari uposatha.

Visakha memperoleh jawab berbeda-beda dari kelompok-kelompok wanita yang berbeda jenjang usianya, karena mereka datang dengan alasan yang bermacam-macam.

Kelompok wanita yang usianya sudah tua melaksanakan kewajiban hari uposatha karena berharap memperoleh keuntungan/rejeki dan kebahagiaan surgawi lahir kembali sebagai dewa setelah meninggal dunia.

Kelompok wanita usia setengah baya karena tidak ingin tinggal bersama dalam satu rumah dengan istri lain dari suami mereka.

Kelompok wanita yang baru menikah berharap mendapatkan anak pertama laki-laki, dan kelompok wanita yang belum menikah berharap bisa menikah dengan suami yang baik.

Mendapat jawab seperti itu, Visakha membawa para wanita tersebut menghadap Sang Buddha. Ketika Visakha memberitahukan kepada Sang Buddha tentang jawaban yang bermacam-macam dari kelompok-kelompok wanita itu, Sang Buddha berkata, "Visakha! Kelahiran, proses penuaan, dan kematian selalu terjadi pada setiap makhluk hidup; karena seseorang dilahirkan, ia akan menjadi subjek dari penuaan dan kelapukan, dan akhirnya kematian. Saat ini para wanita itu belum mengharapkan kebebasan dari lingkaran tumimbal lahir (samsara), mereka masih menyukai dan terikat dengan lingkaran tumimbal lahir (samsara)."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut:

"Yathā daṇḍena gopālo
gāvo pāceti gocāraṃ
evaṃ jarā ca maccu ca
āyuṃ pācenti pāṇinaṃ."

Bagaikan seorang penggembala menghalau sapinya dengan tongkat ke padang rumput,
begitu juga umur tua dan kematian menghalau kehidupan setiap makhluk.

------
Notes :
Hari Uposatha, umumnya jatuh setiap tanggal 1, 8, 15, 23 dalam penanggalan bulan.
Pada hari-hari ini, umat awam yang berbakti, berusaha melatih diri dengan menjalankan Atthasila, membawa persembahan ke vihara dan mengisi waktu mereka di vihara dengan belajar dhamma dan meditasi.

Atthasila (8 sila) terdiri dari :
1. Panatipata veramani sikkhapadam samadiyami (saya mengambil sila menahan diri dari membunuh makhluk lain)
2. Adinnadana veramani sikkhapadam samadiyami (saya mengambil sila menahan diri dari mengambil apa yang tidak diberikan)
3. Abrahmacariya veramani sikkhapadam samadiyami (saya mengambil sila menahan diri dari aktivitas seksual).
* Perhatikan, ini berbeda dengan pancasila biasa, dimana hanya hubungan seks yang tidak benar, sementara dalam atthasila, sama sekali tidak melakukan aktivitas seksual.
4. Musavada veramani sikkhapadam samadiyami (saya mengambil sila menahan diri dari berkata yang tidak benar)
5. Suramerayamajja pamadatthana veramani sikkhapadam samadiyami (saya mengambil sila menahan diri dari mengkonsumsi minuman keras dan zat lain yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan)
6. Vikalabhojana veramani sikkhapadam samadiyami (saya mengambil sila menahan diri dari makan pada waktu yang tidak tepat). *yaitu tidak makan setelah lewat tengah hari sampai dengan esok paginya.
7. Nacca-gita-vadita-visukkadassana mala-gandha-vilepana-dharana-mandana-vibhusanathana veramani sikkhapadam samadiyami (saya mengambil sila menahan diri dari menari, bernyanyi, mendengarkan musik, pergi melihat hiburan, memakai perhiasan, memakai parfum, dan memakai kosmetik)
8. Uccasayana-mahasayana veramani sikkhapadam samadiyami (saya mengambil sila menahan diri dari berbaring di tempat yang tinggi dan mewah)

Tujuan dari melatih sila-sila diatas adalah untuk mencegah kita melakukan karma buruk dan untuk mengurangi keinginan duniawi, kemelekatan terhadap hal-hal yang memanjakan nafsu kita.

Atthasila ini juga dilaksanakan baik oleh umat Theravada maupun umat Mahayana.
Ada pula sebagian kecil umat mahayana yang bervegetarian pada saat ce-it cap-go (tgl 1 dan tgl 15 penanggalan bulan). Ini adalah usaha yang baik untuk mulai mencoba melatih diri dan mengurangi nafsu. Semoga dapat ditingkatkan lagi lebih lanjut, entah berupa full atthasila plus vegetarian di hari uposatha, ataupun bervegetarian lebih sering lagi.

Dalam Visakhuposatha Sutta (Anguttara Nikaya 8:43) yaitu sutta / khotbah kepada Visakha tentang Uposatha, Sang Buddha menyebutkan manfaat menjalankan Uposatha dan Atthasila.

Yaitu dapat terlahir kembali di alam surga Catummaharajika dimana satu hari disana sama dengan 50 tahun manusia, (30 hari dalam sebulan, dan 12 bulan dalam setahun) dan umur kehidupan disana rata-rata adalah 500 tahun. Jadi rentang umur para dewa di Catummaharajika itu = 50 thn manusia x 30 hari x 12 bulan x 500 tahun = 9.000.000 tahun manusia.

Atau dapat dapat terlahir di alam surga Tavatimsa, dimana 1 hari disana = 100 tahun manusia di bumi. Rentang umur disana rata-rata 1000 tahun. Jadi = 100 thn manusia x 30 x 12 x 1000 = 36 juta tahun manusia.

Atau dapat terlahir di alam dewa Yama, dimana 1 hari disana = 200 tahun manusia. Rentang umur disana rata-rata 2000 tahun. Jadi = 200 x 30 x12 x 2000 = 144 juta tahun manusia.

Atau dapat terlahir di alam dewa Tusita, dimana 1 hari disana = 400 tahun manusia. Rentang umur disana rata-rata 4000 tahun. Jadi = 400 x 30 x 12 x 2000 = 576 juta tahun manusia.

Atau dapat terlahir di alam dewa Nimmanarati, dimana 1 hari disana = 800 tahun manusia. Rentang umur disana rata-rata 8000 tahun. Jadi = 800 x 30 x 12 x 8000 = 2.304.000.000 tahun manusia.

Atau dapat terlahir di alam dewa Paranimmitavasavatti, dimana 1 hari disana = 1600 tahun manusia. Rentang umur disana rata-rata 16000 tahun. Jadi = 1600 x 30 x 12 x 16000 =
9.216.000.000 tahun manusia.

Tetapi, perlu diingat, walaupun rentang umur disana panjang sekali bahkan rasanya seperti abadi, setelah kebajikan yang menyebabkan kelahiran disana telah habis, yang bersangkutan akan dilahirkan kembali di alam alam lain sesuai dengan karmanya. Masih belum terbebaskan dari lingkaran tumimbal lahir yang tiada putusnya (samsara). Makanya Sang Buddha mengatakan para wanita itu masih menyukai samsara karena mereka masih belum timbul keinginannya untuk membebaskan diri dari samsara.
Visakha sendiri, dikatakan, setelah kematiannya pada umur 120 tahun, beliau dilahirkan kembali di alam Nimmanarati sebagai istri Sunimmita, pemimpin para dewa di alam Nimmanarati.

Kelahiran di alam bahagia, memang sangat baik apalagi jika dibandingkan dengan kelahiran kembali di alam rendah. Akan lebih baik lagi jika tujuan kita tidak cuma stop sampai di surga saja, karena kita tahu bahwa surga pun masih belum lepas dari samsara. Semoga timbul keinginan yang lebih luhur lagi, yaitu mencapai kebebasan seperti para Ariya, yaitu mencapai Nibbana.

Kisah Peta Ular

Suatu ketika, Maha Moggallana Thera pergi ke bukit Gijjhakuta bersama Lakkhana Thera, Moggallana Thera melihat peta (setan lapar) berwujud ular dan ia tersenyum, tetapi tidak mengatakan apapun. Ketika mereka kembali ke Vihara Jetavana, Maha Moggallana Thera bercerita kepada Lakkhana Thera di hadapan Sang Buddha perihal makhluk halus yang memiliki tubuh panjang dan dikelilingi oleh api tersebut.

Sang Buddha kemudian mengatakan, setelah Beliau mencapai Penerangan Sempurna, Beliau juga telah bertemu dengan bermacam peta, tetapi Beliau tidak memberitahukan keberadaan makhluk halus itu kepada penduduk karena mungkin tidak mempercayainya, dan mereka bisa beranggapan keliru terhadap Sang Buddha. Demi kasih sayangnya terhadap semua makhluk hidup, maka Sang Buddha berdiam diri. Kemudian Beliau melanjutkan, "Sekarang aku telah mempunyai saksi yaitu Moggallana, saya akan menceritakan tentang peta ular ini."

"Pada masa hidup Buddha Kassapa, peta itu terlahir menjadi seorang pencuri yang sangat kejam, dia membakar rumah orang kaya sebanyak tujuh kali. Tidak puas terhadap hal itu, dia juga membakar kuti harum Buddha Kassapa yang dibangun oleh orang kaya tersebut pada saat Buddha Kassapa sedang pergi berpindapatta. Sebagai akibat perbuatan jahatnya, dia mengalami penderitaan dalam waktu lama di alam neraka (niraya). Sekarang dia terlahir sebagai peta yang memiliki badan yang terbakar oleh kobaran api ke atas dan ke bawah sepanjang badannya. Para bhikkhu, orang bodoh bila melakukan kejahatan tidak mengerti bahwa perbuatan itu adalah perbuatan jahat; tetapi mereka tetap tidak akan dapat terlepas dari akibat kejahatannya itu."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut:

"Atha pāpāni kammāni
karaṃ bālo na bujjhati
sehi kammehi dummedho
aggidaḍḍhova tappati."

Apabila orang bodoh melakukan kejahatan,
ia tak mengerti akan akibat perbuatannya.
Orang bodoh akan tersiksa oleh perbuatannya sendiri,
seperti orang yang terbakar oleh api.

Kisah Maha Moggallana Thera

Suatu saat petapa Nigantaha merencanakan untuk membunuh Maha Moggallana Thera, mereka berpikir dengan menghabisi Maha Moggalan Thera, kemashuran dan keberuntungan Sang Buddha akan menghilang juga. Mereka menyewa para perampok untuk membunuh Maha Moggallana yang kala itu berdiam di Kalasila dekat Rajagaha.

Perampok itu mengepung vihara tempat Maha Moggallana Thera berdiam, tetapi Maha Moggallana dengan kemampuan batin luar biasanya dapat menghilang, sehingga mereka tidak dapat menangkap Maha Moggallana dalam waktu dua bulan.

Ketika para perampok kembali mengepung vihara pada bulan ketiga, Maha Moggallana Thera mengetahui bahwa ia harus menerima akibat perbuatan (kamma) jahat yang dilakukannya pada salah satu kehidupan lampaunya, maka beliau tidak menggunakan kelebihan batinnya, sehingga para perampok berhasil menangkap dan menganiayanya dengan kejam. Setelah itu tubuhnya dibuang ke semak-semak, karena dianggap telah menjadi mayat.

Dengan kekuatan iddhi / kekuatan batinnya, Maha Moggallana masih dapat mempertahankan kehidupannya untuk berpamitan menghadap Sang Buddha di Vihara Jetavana. Tetapi Maha Moggallana juga menyadari akibat dari penganiayaan yang dideritanya, beliau tidak akan dapat hidup lebih lama lagi. Maka beliau memberitahu Sang Buddha bahwa beliau akan segera parinibbana* di Kalasila.

Sang Buddha kemudian menganjurkan agar beliau membabarkan Dhamma terlebih dahulu sebelum parinibbana. Maha Moggallana membabarkan Dhamma kepada para bhikkhu, setelah itu bersujud (namaskara) kepada Sang Buddha sebanyak tujuh kali.

Berita wafatnya Maha Moggallana Thera ditangan para perampok cepat sekali menyebar. Raja Ajatasattu menyuruh orang-orangnya agar menyelidiki hal ini, mereka berhasil menangkap para perampok dan menghukum mati dengan cara membakarnya.

Para bhikkhu mendengar wafatnya Maha Moggallana Thera sangat sedih dan tidak mengerti mengapa orang seperti beliau meninggal dunia di tangan para perampok.

Kepada mereka Sang Buddha kemudian mengatakan, "Bhikkhu, jika kamu hanya mempertimbangkan kehidupan saat ini dimana beliau hidup dengan kemuliaan, kelihatannya memang beliau tidak sepantasnya meninggal dengan cara demikian. Akan tetapi pada kehidupan yang lampau ia telah melakukan kejahatan besar terhadap kedua orang tuanya yang buta. Pada awalnya beliau adalah seorang anak berbakti, tetapi setelah ia menikah, istrinya membuat masalah (karena tidak mau mengurus kedua mertuanya), istrinya mendorong agar ia berpisah dengan orang tuanya. Kemudian ia membawa kedua orang tuanya yang buta pergi ke hutan dengan pedati, di sana ia membunuh kedua orang tuanya dengan memukuli mereka. Sebelumnya, dengan tipu muslihat ia meyakinkan kedua orang tuanya, seolah-olah mereka dipukuli oleh penjahat. Untuk perbuatan jahat yang dilakukannya ini, ia telah menderita di alam neraka untuk waktu lama, dan pada kehidupan saat ini beliau harus mengalami kematian di tangan perampok. Tentunya dengan melakukan perbuatan jahat tersebut, seseorang pasti akan menderita karenanya."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut ini:

"Yo daṇḍena adaṇḍesu
appaduṭṭhesu dussati
dasannam-aññataraṃ ṭhānaṃ
khippam-eva nigacchati.

Vedanaṃ pharusaṃ jāniṃ
sarīrassa ca bhedanaṃ
garukaṃ vā’pi ābādhaṃ
cittakkhepaṃ va pāpuṇe.

Rājato va upasaggaṃ
abbhakkhānaṃ va dāruṇaṃ
parikkhayaṃ va nātinaṃ
bhogānaṃ va pabhaṅguṇaṃ.

Atha vassa agārāni
aggī ḍahati pāvako
kāyassa bhedā duppañño
nirayaṃ so upapajjati."

Seseorang yang menghukum mereka yang tidak patut dihukum dan tidak bersalah,
akan segera memperoleh salah satu di antara sepuluh keadaan berikut:

Ia akan mengalami penderitaan hebat, kecelakaan, luka berat, sakit berat, atau bahkan hilang ingatan.

Atau ditindak oleh raja, atau mendapat tuduhan yang berat,
atau kehilangan sanak saudara, atau harta kekayaannya habis.

Atau rumahnya musnah terbakar, dan setelah tubuhnya hancur,
orang bodoh ini akan terlahir kembali di alam neraka.

-------
Notes :
Sumber lain ada yang menyebutkan bahwa Maha Moggalana Thera tiba-tiba kehilangan kekuatan batinnya sehingga tidak dapat lagi menghilang pada saat kawanan perampok itu datang untuk ketiga kalinya, sementara dalam kisah diatas, dikatakan bahwa beliau sengaja tidak menggunakan kekuatan batinnya. Tetapi apapun alasan sebenarnya, yang jelas, jika memang sudah waktunya karma buruk berbuah, siapapun tak dapat menghindar.
Untungnya, dengan kekuatan batinnya itu beliau masih dapat bertahan hidup, membenahi tubuhnya yang hancur lebur, dan terbang ke tempat Sang Buddha untuk mohon pamit. Di sumber lain dikatakan beliau dipukuli sampai tulang-tulangnya hancur.

Dalam kitab komentar disebutkan bahwa Maha Moggalana Thera menghindar untuk yang pertama dan kedua kali, karena beliau ingin memberi kesempatan kepada kawanan perampok itu untuk berubah pikiran sehingga dapat terhindar dari karma buruk membunuh seorang arahat.

* Ketika seseorang mencapai tingkat kesucian arahat, dia dikatakan telah mencapai nibbana. Ketika arahat ini mati, dikatakan ia parinibbana. Parinibbana disebut juga An-upadisesa-Nibbana, artinya nibbana tanpa sisa, sisa disini maksudnya adalah jasmani.
Parinibbana = meninggal dunia, tetapi tidak semua orang yang meninggal dunia = parinibbana.
Tidak semua bhikkhu yang meninggal itu parinibbana. Banyak orang di Indonesia suka salah kaprah, ketika ada bhikkhu/bhikshu meninggal dunia, lalu disebut bhikkhu/bhikshu A telah parinibbana, hal ini mengaburkan arti dari parinibbana tersebut, seolah-olah parinibbana itu adalah istilah buddhist untuk meninggal dunia.

Mengenai isteri yang mengadu domba suami dan mertuanya, semoga kisah ini tidak membuat laki-laki menganggap bahwa semua isteri pasti seperti itu. Banyak pula kisah dimana justru mertualah yang menjadi sumber masalah dan mengadu domba.
Sesungguhnya masalah bisa timbul dari kedua pihak. Tergantung dari kapasitas kebijaksanaan kedua belah pihak. Ada memang isteri yang kebijaksanaannya kurang, ada pula orang tua / mertua yang kebijaksanaannya kurang.

Jika timbul permasalahan antara menantu dan mertua, sebagai orang yang bijaksana, sesungguhnya kita harus memeriksa permasalahannya secara obyektif, mencari bukti-bukti dengan kepala dingin dan tanpa memihak. Jaman sekarang ada alat perekam dan kamera tersembunyi, jadi seharusnya tidak sulit mencari bukti-bukti.

Apakah mereka bisa dipercaya kata-katanya 100%? Apakah mereka suka berbicara X kepada A tetapi ketika bicara kepada B ganti jadi Y?
Apakah kita sungguh-sungguh mengenal sifat orangtua kita?
Ada anak yang tidak percaya bahwa orangtuanya bisa melakukan hal-hal tertentu, karena selama ini yang dilihatnya adalah sikap orang tua yang sangat menyayangi dan mengurus keperluan dirinya. Tetapi sadarkah kita ini adalah satu aspek saja ?
Ini kisah nyata lho, ada ibu yang suka mengambil tanpa ijin barang-barang dan bahan makanan dari rumah anak/menantunya, sudah sering diberitahu, kalau butuh sesuatu bilang saja, supaya nanti bisa dibelikan lebih, tetapi si ibu selalu menolak, dan barang-barang tetap hilang, ketika mau dipakai sudah tidak ada. Ketika ketahuan dan dikonfrontasi, si ibu berkelit mengatakan barang itu sudah kadaluwarsa, padahal kenyataannya belum kadaluwarsa.
Nah, hal ini kalau diberitahukan kepada si anak, kemungkinan besar si anak tidak akan percaya, dan menuduh isterinya mengada-ada :)

Dan yang paling penting, ketahuilah sifat dan karakter pasangan anda sebelum menikah.
Itulah gunanya berpacaran; mengenal sifat dan karakter asli calon pasangan hidup, bukan hanya sekadar asal pergi bersenang-senang dengan pacar :) .

Kisah Bhikkhu Bahubhandika

Seorang pria yang kaya di Savatthi setelah kematian istrinya mengambil keputusan untuk menjadi seorang bhikkhu. Sebelum dia menjadi bhikkhu, dia mendirikan sebuah vihara, termasuk dapur dan ruang penyimpanan. Dia juga membawa perabotan, beras, minyak, mentega, dan berbagai kebutuhan sehari-harinya. Apa pun yang dia kehendaki, pelayan-pelayan akan memenuhinya. Jadi meskipun dia hidup sebagai bhikkhu, dia hidup dengan berlebihan dan memiliki berbagai macam harta sehingga beliau dikenal dengan nama "Bahubhandika".

Suatu hari bhikkhu-bhikkhu lain membawanya menghadap Sang Buddha dan kemudian menceritakan kehidupan Bhikkhu Bahubhandikka yang penuh dengan kemewahan sebagai mana layaknya kehidupan orang kaya.

Sang Buddha mengatakan kepada Bahubhandika, "Anakku, Aku mengajarkan tentang kehidupan yang sederhana, mengapa engkau membawa begitu banyak harta milikmu?"

Ketika mendapat teguran sesedikit ini, dia marah dan berkata, "Bhante, aku akan hidup sebagai mana kehendak-Mu." Kemudian dia melepas dan membuang jubah atasnya.

Melihat hal tersebut, Sang Buddha mengatakan kepada Bahubhandika, "Anakku, pada kehidupan yang lampau engkau adalah raksasa, meskipun sebagai raksasa tetapi engkau memiliki rasa malu berbuat jahat (hiri) dan rasa takut berbuat jahat (otappa). Akan tetapi sekarang engkau menjadi bhikkhu dalam ajaran-Ku, mengapa engkau membuang semua rasa malu dan takut berbuat jahat itu?"

Mendengar kata-kata itu, dia menjadi sadar akan kesalahannya. Hiri dan ottapanya muncul kembali. Ia memberi hormat kepada Sang Buddha serta meminta maaf.

Kemudian Sang Buddha berkata, "Berdiri di situ tanpa jubah atas adalah tidak pantas, membuang jubah tidak membuat engkau menjadi bhikkhu yang sederhana, seorang bhikkhu juga harus membuang keragu-raguannya."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut:

"Na naggacariyā na jaṭā na paṃkā
nānāsakā thaṇḍilasāyikā vā
rajo va jallaṃ ukkuṭikappadhānaṃ
sodhenti maccaṃ avitiṇṇakaṃkhaṃ."

Bukan dengan cara telanjang, rambut dijalin, badan kotor berlumpur, berpuasa, berbaring di tanah, melumuri tubuh dengan debu, ataupun berjongkok di atas tumit,
seseorang yang belum bebas dari keragu-raguan dapat mensucikan diri.*

Banyak orang pada waktu itu mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah khotbah Dhamma berakhir.


-------
Notes:

*Cara-cara (telanjang, rambut dijalin dll) diatas merujuk kepada praktek-praktek yang tidak bermanfaat yang dilakukan oleh banyak petapa-petapa di jaman itu. Melakukan itu semua tidaklah membawa kepada kesucian, sama seperti tindakan membuang jubah seperti yang dilakukan oleh Bahubandhika. Yang harus dibuang adalah keragu-raguan.
Seperti yang kita ketahui salah satu dari 3 belenggu yang harus dipatahkan seorang sotapatti, adalah keragu-raguan. (lihat notes kisah 122).

Sang Buddha menyebut hiri dan ottappa sebagai dua pelindung dunia.
Hiri adalah rasa malu berbuat jahat/tidak baik. Ottappa adalah rasa takut berbuat jahat dan akibat perbuatan jahat.
Jika banyak orang tidak memiliki hiri dan ottappa, dunia menjadi kacau dan tiada rasa tentram, kejahatan makin marak.

Hiri yang dimaksud disini adalah malu berbuat yang tidak baik. Jangan salah mengartikan dan menjadikannya negatif. Malulah berbuat yang tidak baik, tetapi bukan malu berbicara di muka umum, malu bertanya, malu karena tidak memakai barang-barang bermerek, dll.

Ottapa bukan berarti menjadi pengecut dan penakut. Sebenarnya terjemahan menggunakan kata ‘takut’ agak tidak tepat, tetapi memang tidak ada kata lain yang bisa digunakan. Terjemahan bhs Inggris ada yang menggunakan ‘fear’ , ‘concern’, tetapi itupun masih kurang tepat. Jadi memang sebaiknya tetap memakai kata ottappa.

Seseorang yang takut akan panasnya api, tidak akan menyentuh api yang menyala, tetapi laron yang tidak menyadari bahayanya api, tertarik kepada sinar terang api itu dan akan terbakar. Hal ini sama seperti orang yang tidak memiliki ottappa, ia melakukan kejahatan dan akan menderita akibat perbuatannya itu.

Kita harus memelihara dan mengembangkan hiri dan ottappa ini, jangan mengacuhkan hiri dan ottapa. Pada saat pertama kali seseorang melakukan kejahatan, pasti ada rasa hiri dan ottappa muncul. Tetapi jika kemudian hiri dan ottappa itu ditekan, dibuang, atau diabaikan, maka lama-lama hatinya makin kebal dan kejahatan yang dibuat akan bertambah banyak.

Rabu, 07 April 2010

Hapus pass admin dari DOS

nih caranya reset password admin pake’ DOS:
1. masuk dulu ke DOS
2. lalu ketikkan perintah ini : NET USER
3. setelah di enter kan kelihatan user-user yang ada di situ
4. lalu ulangi perintah yang tadi dan tambahkan perintah ADMINISTRATOR *
atau jelasnya seperti ini perintahnya : NET USER ADMINISTRATOR *
5. setelah akan muncul permintaan edit passwordnya, kalau passwordnya
gak mau di isi alias blank password tekan aja enter 2x, kalau mau diisi ya terserah anda passwordnya….
6. dan yang terakhir semoga bermanfaat aja…

Kisah Kondadhana Thera

Sejak Kondadhana Thera diterima dalam pasamuan Sangha, ada bayangan wanita yang selalu mengikuti beliau. Bayangan ini hanya dapat dilihat oleh orang lain, sedangkan Kondadhana Thera sendiri tidak melihatnya.

Ketika beliau berpindapatta, orang-orang memberikan dua sendok makanan kepada beliau, dengan mengatakan, "Ini untuk Bhante, dan yang ini untuk wanita yang mengikuti Bhante."

Melihat seorang bhikkhu bepergian dengan seorang wanita, para penduduk menghadap kepada Raja Pasenadi dari Kosala dan melaporkan perihal bhikkhu dengan wanita tersebut, "O, Raja, usir saja bhikkhu itu dari kerajaanmu karena beliau tidak memiliki moral." Raja segera pergi ke vihara tempat bhikkhu itu berdiam dan para pengawalnya mengepung vihara tersebut.

Mendengar suara ribut, bhikkhu itu keluar dan berdiri di depan pintu, dan bayangan wanita itu berada tidak jauh dari bhikkhu tersebut. Mengetahui raja yang datang, bhikkhu tersebut masuk dan menunggu di dalam. Raja masuk ke dalam ruangan, dan bayangan wanita itu tidak terdapat dalam tempat itu.

Kemudian Raja bertanya kepada bhikkhu itu, di mana wanita tersebut berada, bhikkhu itu menjawab bahwa ia tidak melihat wanita.

Raja menginginkan kepastian, ia menyuruh bhikkhu tersebut keluar ruangan. Kemudian bhikkhu tersebut keluar ruangan, dan ketika raja melihat keluar tertampak bayangan wanita di dekat bhikkhu itu.

Akan tetapi ketika bhikkhu memasuki ruangan kembali, bayangan tersebut tidak diketemukan. Raja kemudian mengatakan bahwa wanita itu tidak benar-benar ada, dan bhikkhu tersebut tidak bersalah. Raja mengundang bhikkhu itu untuk datang ke istana, dan menerima dana makanan setiap hari.

Ketika bhikkhu lain mendengar hal itu, mereka bingung, dan mereka berkata kepada Kondadhana Thera: "O, bhikkhu yang tidak bermoral! Sekarang, raja bukannya mengusirmu keluar dari kerajaan, malah telah mengundangmu menerima dana makanan, mampus kamu !"

Kondadhana Thera berkata dengan pedas: "Sebenarnya kalianlah yang tidak bermoral, sebenarnya kalianlah yang sial, sebab kalianlah yang ribut soal wanita!"

Para bhikkhu kemudian menceritakan masalah ini kepada Sang Buddha.

Sang Buddha memanggil Kondadhana Thera dan bertanya, "Anakku, apakah engkau melihat ada wanita bersama dengan para bhikkhu sehingga engkau berbicara begitu kepada mereka? Engkau tidak melihat seorang ada wanita bersama mereka, seperti mereka melihat ada wanita bersama kamu. Engkau tidak menyadari masalah ini adalah sebagai akibat perbuatan jahatmu dalam kehidupan yang lampau. Sekarang dengarlah, Saya akan menjelaskan kepadamu mengapa ada bayangan wanita yang mengikuti dirimu. Engkau adalah dewa dalam kehidupan lampaumu. Pada waktu itu ada dua orang bhikkhu yang sangat akrab. Engkau berusaha membuat masalah di antara mereka berdua, engkau menyamar sebagai seorang wanita yang mengikuti salah seorang bhikkhu itu*. Atas perbuatanmu itu, engkau sekarang diikuti oleh bayangan wanita. Jadi, selanjutnya engkau jangan berdebat dengan bhikkhu lain atas permasalahan itu. Diamlah seperti gong yang pecah, dan engkau akan merealisasi nibbana."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut ini:

"Mā voca pharusaṃ kañci
vuttā paṭivadeyyu taṃ
dukkhā hi sārambhakathā
paṭidaṇḍā phuseyyu taṃ.

Sace neresi attānaṃ
kaṃso upahato yathā
esa patto’si nibbānaṃ
sārambho te na vijjati."

Jangan berbicara kasar kepada siapapun,
karena mereka yang mendapat perlakuan demikian,
akan membalas dengan cara yang sama.
Sungguh menyakitkan ucapan kasar itu, yang pada gilirannya akan melukaimu.

Apabila engkau berdiam diri bagaikan sebuah gong pecah,
berarti engkau telah mencapai nibbana,
sebab keinginan membalas dendam tak terdapat lagi dalam dirimu.

--------
Notes :

Kejadiannya, si dewi itu melihat dua bhikkhu yang bersahabat karib, lalu jadi kepingin iseng memisahkan mereka. Ketika bhikkhu A ingin buang air kecil, dewi itu segera ikut ke semak-semak, dan ketika bhikkhu A keluar dari semak-semak, ia mengikutinya dari belakang sambil pura-pura membenahi rambut dan bajunya. Bhikkhu A tidak melihatnya, tetapi bhikkhu B yang menunggu di luar dan menoleh ketika bhikkhu A keluar, melihatnya. Lalu bhikkhu B memarahi bhikkhu A, ‘kamu telah melanggar sila’. Bhikkhu A tentu saja tidak merasa melanggar sila, dan bhikkhu B juga ngotot karena ia telah melihat dengan mata kepalanya sendiri ada wanita keluar sambil membenahi baju dan rambut. Mereka berselisih, hingga akhirnya si dewi ini menampakkan diri kepada mereka berdua dan mengaku dia hanya iseng. Tetapi perpecahan itu telah terjadi, dan walaupun mereka akhirnya berbaikan kembali, persahabatan itu tidak seperti dulu lagi.

Jumat, 02 April 2010

Kisah Para Pemuda

Suatu waktu, ketika Sang Buddha sedang berpindapatta di Savatthi, Beliau berjalan melewati sekelompok pemuda yang sedang memukuli seekor ular dengan tongkat. Sang Buddha bertanya kepada mereka perihal itu, dan mereka menjawab, mereka memukul ular itu karena takut ular itu menggigitnya. Kepada mereka, Sang Buddha berkata, "Jika kalian tidak ingin disakiti, seharusnya kalian tidak menyakiti yang lain, jika kalian menyakiti mereka, kalian tidak akan mendapat kebahagiaan di kehidupan yang akan datang."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut ini:

"Sukha-kāmāni bhūtāni
yo daṇḍena vihiṃsati
attano sukham-esāno
pecca so na labhate sukhaṃ.

Sukha-kāmāni bhūtāni
yo daṇḍena na hiṃsati
attano sukham-esāno
pecca so na labhate sukhaṃ”

Barang siapa mencari kebahagiaan untuk dirinya sendiri dengan menganiaya makhluk lain yang juga mendambakan kebahagiaan,
maka setelah mati ia tak akan memperoleh kebahagiaan.

Barang siapa mencari kebahagiaan untuk dirinya sendiri dengan tidak menganiaya makhluk lain yang juga mendambakan kebahagiaan,
maka setelah mati ia akan memperoleh kebahagiaan.

Pada akhir khotbah, pemuda-pemuda itu mencapai tingkat kesucian sotapatti.

Kisah Kelompok Enam Bhikkhu

Beberapa saat setelah kejadian pertama di atas, kedua kelompok bhikkhu yang sama sedang berada pada suatu tempat. Setelah larangan untuk memukul sesama bhikkhu ditetapkan, kelompok enam bhikkhu melakukan ancaman terhadap kelompok tujuh belas bhikkhu dengan cara mengangkat tangan mereka. Kelompok tujuh belas bhikkhu yang lebih junior daripada kelompok enam bhikkhu lari ketakutan.
Sang Buddha mendengar hal ini, Beliau menetapkan peraturan bahwa para bhikkhu dilarang mengangkat tangannya untuk mengancam.

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut:

"Sabbe tasanti daṇḍassa
sabbesaṃ jīvitaṃ piyaṃ
attānaṃ upamaṃ katvā
na haneyya na ghātaye."

Semua takut akan hukuman;
semua mencintai kehidupan.
Setelah membandingkan orang lain dengan diri sendiri,
hendaknya seseorang tidak membunuh atau mengakibatkan pembunuhan.