Kamis, 15 April 2010

Kisah Teman-teman Visakha

Terdapat 500 orang pria dari Savatthi, mereka mengharapkan istri-istrinya menjadi orang yang murah hati, baik hati dan bersusila seperti Visakha. Kelima-ratus pria tersebut mengirim para istrinya kepada Visakha agar menjadi teman dekat Visakha. Pada suatu perayaan mabuk-mabukan yang berlangsung selama 7 hari, istri-istri tersebut mengambil semua minuman keras yang ditinggalkan suami mereka dan meminumnya tanpa diketahui oleh Visakha. Karena perbuatan yang tidak baik itu, mereka dipukuli oleh suami mereka. Pada kejadian lainnya, dengan mengatakan bahwa mereka hendak mendengarkan khotbah Sang Buddha, mereka memohon agar Visakha membawa mereka kepada Sang Buddha, tetapi secara diam-diam mereka masing-masing membawa sebotol kecil minuman keras yang disembunyikan dalam bajunya.

Pada saat tiba di vihara, mereka meminum semua minuman keras yang mereka bawa dan membuang botol-botol tersebut. Visakha memohon kepada Sang Buddha untuk mengajarkan Dhamma kepada mereka. Pada saat itu, para wanita sudah mulai mabuk, berasa ingin bernyanyi dan menari. Mara mengambil kesempatan membuat mereka semakin berani dan tidak tahu malu untuk bernyanyi, menari, bertepuk tangan, melompat-lompat di dalam vihara. Sang Buddha melihat campur tangan Mara yang membuat tingkah laku yang memalukan wanita-wanita tersebut. Sang Buddha berkata pada diri sendiri, "Mara tidak boleh diberi kesempatan". Kemudian Sang Buddha memancarkan sinar biru gelap sehingga ruangan menjadi gelap; wanita-wanita tersebut ketakutan dan mulai sadar. Kemudian Sang Buddha menghilang dari tempat duduknya dan berdiri di atas Gunung Meru, dan dari sana Beliau memancarkan sinar putih yang menerangi langit bagaikan diterangi seribu bulan. Setelah itu Sang Buddha berkata kepada kelima ratus wanita tersebut, "Ibu-ibu sekalian, tidak seharusnya kamu datang ke vihara dalam keadaan batin tidak sadar. Karena kalian telah lalai, Mara mendapat kesempatan membuat kalian berkelakuan yang memalukan, tertawa, menyanyi keras-keras dalam vihara. Sekarang berusahalah untuk memadamkan api hawa nafsu yang terdapat dalam diri kalian."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut :

"Ko nu hāso kim-ānando
niccaṃ pajjalite sati
andhakārena onaddhā
padīpaṃ na gavesatha."

Mengapa tertawa, mengapa bergembira padahal dunia ini selalu terbakar?
Dalam kegelapan, tidakkan engkau ingin mencari terang?

Lima ratus wanita itu mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah khotbah Dhamma berakhir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar