Suatu ketika seorang pertapa brahmana berpikir sendiri bahwa Sang Buddha menyebut pengikutnya `brahmana` dan bahwa dirinya adalah brahmana karena kelahirannya, seharusnya juga disebut seorang `brahmana`. Karena berpikir demikian, ia pergi menemui Sang Buddha dan mengemukakan pandangannya. Tetapi Sang Buddha menolak pandangannya dan berkata, "O brahmana, Aku tidak menyebut seseorang brahmana karena ia membiarkan rambutnya terjalin atau hanya karena kelahirannya. Aku menyebut seseorang brahmana; hanya jika ia secara penuh memahami `Empat Kebenaran Mulia` ."
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut :
"Na jaṭāhi na gottena
na jaccā hoti brāhmaṇo
yamhi saccañ ca dhammo ca
so sukhī so ca brāhmaṇo."
Bukan karena rambut di jalin, keturunan, ataupun kelahiran,
seseorang menjadi brahmana.
Tetapi orang yang memiliki kejujuran dan kebajikan
yang pantas menjadi seorang `brahmana`, orang yang suci.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar