Suatu hari beberapa bhikkhu sedang bercakap-cakap diantara mereka sendiri, kemudian Sang Buddha tiba dan bertanya apa yang sedang mereka bicarakan. Mereka menjawab bahwa mereka sedang berbicara tentang Devadatta dan kemudian mereka melanjutkan, "Bhante, Devadatta adalah sungguh seorang yang tidak mempunyai moralitas, ia juga sangat serakah. Ia berusaha mendapat ketenaran dan peruntungan dengan memperoleh kepercayaan Ajatasattu melalui cara yang tidak jujur. Ia juga berusaha meyakinkan Ajatasattu bahwa dengan menyingkirkan ayahnya, ia akan segera menjadi raja yang berkuasa. Setelah dihasut oleh Devadatta, Ajatasattu membunuh ayahnya, raja yang mulia, Bimbisara. Devadatta juga telah mencoba tiga kali untuk membunuh-Mu, Guru kami yang mulia. Devadatta benar-benar sangat jahat dan tidak dapat diperbaiki."
Setelah mendengarkan para bhikkhu, Sang Buddha mengatakan pada mereka bahwa Devadatta telah mencoba membunuhnya tidak hanya pada kehidupan sekarang tetapi juga pada kehidupan yang lampau. Sang Buddha kemudian menceritakan cerita tentang pemburu rusa.
"Saat itu, ketika Raja Brahmadatta berkuasa di Baranasi, Sang Bodhisatta hidup sebagai seekor rusa, dan Devadatta saat itu adalah seorang pemburu rusa. Suatu hari, pemburu rusa melihat jejak kaki rusa di bawah sebatang pohon. Kemudian ia memasang bilah-bilah bambu diatas pohon itu sebagai tempat berpijak, dan menunggu dengan tombak yang siap dihunjamkan ke rusa. Rusa tersebut kemudian datang, tetapi ia datang dengan hati-hati. Pemburu rusa melihatnya ragu-ragu, melemparkan beberapa buah-buahan untuk membujuknya. Tetapi hal itu justru membuat rusa waspada; ia memperhatikan dengan lebih seksama dan melihat ada pemburu rusa pada dahan pohon. Rusa itu pura-pura tidak melihat pemburu tersebut dan berbalik dengan lambat. Dari jarak tertentu, rusa berseru: ‘Oh pohon, kamu selalu menjatuhkan buah-buahmu secara vertikal, tetapi hari ini kamu telah menentang hukum alam dan telah menjatuhkan buah-buahmu secara miring. Sejak kamu menentang hukum alam dari pohon, saya akan meninggalkanmu untuk berpindah ke pohon lain.’
Melihat rusa tersebut berbalik pergi, pemburu melempar tombaknya ke tanah dan berkata, ‘Ya, kamu sekarang dapat pergi; untuk hari ini, saya telah salah perhitungan.’ Rusa yang sebagai calon Buddha tersebut menjawab, ‘O, pemburu, kamu benar-benar salah perhitungan hari ini, tetapi perbuatan (kamma) burukmu tidak akan keliru, hal itu akan selalu mengikutimu.’
Jadi, Devadatta tidak saja mencoba membunuhku sekarang tetapi juga dimasa lalu, tetapi ia tidak pernah berhasil."
Kemudian Sang Buddha melanjutkan, "Para bhikkhu! Seperti tanaman menjalar yang menjerat pohon tempat tinggalnya, demikian juga ia yang tidak mempunyai moral, dikuasai oleh nafsu keinginan, akhirnya akan terlempar ke alam neraka (niraya)."
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut:
"Yassa accantadussīlyaṃ
māluvā sālam iv’otataṃ
karoti so that’attānaṃ
yathā naṃ icchatī diso."
Orang yang berkelakuan buruk
adalah seperti tanaman menjalar maluva yang melilit pohon sala.
Ia akan terjerumus sendiri,
seperti apa yang diharapkan musuh terhadap dirinya.
Pada akhir khotbah, banyak orang mencapai tingkat kesucian Sotapatti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar